Senin, 06 Juni 2011

Jumat, 03 Juni 2011

KESULTANAN TERNATE




SILSILAH KESULTANAN TERNATE

Ali Ibnu Abithalib Anak Saidina Ali kawin dengan Fatimah Anak Nabi Rasulullah. kemudianAl Husain, Al Hasan, Ali, Zainal Abidin, Muhammad Al Badir, Zainal Abidin, Djafar Sadik, Musa Al Kazam (tinggal di Iraq / di Arab), Kawin dengan Putri Kerajaan JIN : NURSAFA putri JOU GURACI salam dari JOU GURACI DARA mempunyai 4 (empat) Putra, yakni :

1. Moh. Bajir (Kaicil Buka) Sultan I Makian
2. Moh. Sani (Darajat) Sultan I Moti Jailolo
3. Moh. Nakib (Sahayat) Sultan I Tidore, 502 H 1108 M
4. Moh. Nurul Dafar (Mansur Malamo) Sultan I Ternate




Susunan (Fato-Fato) dari 4 (empat Sultan
Namanya : Maloku KIE RAHA

1. Yang Tua (pertama) Sultan Bacan
2. Yang Kedua Sultan Jailolo
3. Yang Ketiga Sultan Tidore
4. Yang Ke empat (bungsuh) Sultan Ternate


Riwayat Mahkota ke 4 (empat) Sultan :

3 (tiga) Mahkota dibuat di dunia untuk kerajaan bacan, Jaiololo, dan Tidore, sedangkan Kerajaan Ternate Jou Guraci Sultan Langsung dari Kerajaan Jin menyerahkan kepada anaknya yang bungsu Sultan Ternate.

Menurut riwayat bahwa sesudah Jafar Sadik dan Nursafa mempunyai 4 putra, mereka lalu berniat turun ke bumi/dunia tetapi yang bungsu Sultan Ternate selalu merengek-rengek meminta tanda mata dari sang kakak Jou Guraci Salam, karena terlalu saying kepada sibungsu apa yang diminta selalu diberikan, antara lain Mahkota yang sedang beliau pakai langsung diberi kepada cucu bungsunya ini. Dibawahnya Mahkota kedunia oleh si bungsu ini dan ternyata Mahkota mempunyai rambut seperti rambut manusia yang tumbuh panjang dan setiap kali digunting bertambah panjang lagi, kemudian saudaranya (sultan Tidore) mengatakan bila panjang rambutnya – digunting untuk Sultan Bacan.

“Uci la Fo ara madiahi” (sekarang nama Foramadiahi) artinya turun supaya kita tahu tempat kita dimana = lantas kata ibunda tercinta Nursafa setelah mengantar anak-anaknya, kalian kembali kedunia kerajaan Jin dan berkata kepada anak-anaknya : No ari-ari afa no soninga ni meme ngori no yaru se ma manyan no gai so ma maya kage to uci bolo to uci ua. Artinya : Kalian jangan menangis kalau ingat/rindu pada ibu, baker manyan dan peluk mayang pinang aku akan datang/turun melihat kalian.

Ibu Nita Nasir sumber Ibu Sara,
turun dari Boki Dasnaen.
Ibu Rini Sjah W. terima pada tanggal 13 April 2002
di Jati Indah VI/3-Pondok Labu – Jakarta selatan.

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT MALUKU UTARA DARI TAHUN 1945


Alm. Ou Djabir Usman Syah/nama lengkap Iskandar Mohamad Djabir Syah (ejaan lama) Ou Djabir kembali dari Australia September 1945 dari Morotai dengan Kapal Korvet Australia langsung tinggal bersama Letnan Yoop Brunings di Kadaton. Wilayah seluruh Maluku Utara masih dikuasai Australia dipimpin oleh General Thomson Blamey (Australia Territory).
Kemudian selanjutnya Ou Djabir tunjuk Bapak Ikhtira Djurakhman menjadi Jogugu Kesultanan Ternate Bapak Moh. Nasir Syah berfungsi sebagai kepala Pemerintahan setempat atau KPS, kemudian Bapak Ikhtira Djurahman berfungsi sebagai kepala District (camat).
Kemudian Ou Djabir yang mendapat pangkat dari Sekutu Letnan Kolonel menjadi Resident Ternate (Bupati), semua barang-barang sisa perang dari kantin di Morotai sebagian dibawa ke Ternate kemudian dibukaToko-dijual barang-barang antara lain tekstil, susu kaleng, mantega “drie hoek” dan lain-lain, yang menjaga toko tersebut adalah Bapak Arnold Mononutu. Toko tersebut bertempat di Gedung Molukse Handels Maatschappy berseberangan dengan Sekolah Europese Lager School (sekarang didepan Rumah Sakit Darma Ibu).

Ibu Jeanne Van Dieyen yang perawat pada waktu itu atau pekerja social mengurus pasien penyakit kusta di Sorofo. Ibu Van Dieyen ke Belanda dan mendapat uang Nederlandse Guldens 25.000. Dari uang tersebut dibeli obat-obatan yang diperlukan Dr. Chasan Boesoeri yang diberi ijin Residen.
Mereka mengirim perawat-perawat dan beberapa pasien penyakit kusta berobat di Rehabilitasi Center di Solo Jawa Tengah. Ou Djabir mengirim beberapa orang antara lain Alm. Haji Din Madjid, Bapak Mohamad Hafel, Umar Albar, Joost Kasaulia, Ibrahim dan lain-lain, untuk belajar di Makassar  sebagai calon Bupati, Lurah, Camat yang namanya, Sekolah untuk B. B AMBTENAAR atau BESTUURS SCHOOL dan beberapa orang ke Jakarta untuk Radio Telegrafists Bapak ANOM DJAHIR, (MANG ANOM) dikirim ke Batavia untuk mempelajari urusan industri di Kementrian Industrian dan Bapak Sangaji Baruntung di kirim ke Bandung untuk belajar membuat sarong dengan alat penenun bukan mesin, diharapkan anak-anak perempuan di Sekolah kepandaian putrid dapat mempelajarinya.

Ou Djabir membuka sekolah MULO semacam SMP yang berbahasa pengantar Bahasa Belanda (1946-1949). Kemudian Kantor Pos di renovasi dan direhabilitasi dengan memasang alat-alat Telegraf dan Telepon, sehingga pada tahun 1946 orang-orang sudah dapat telepon ke Jakarta (Batavia), Bandung, Surabaya, Makassar dan sebagainya. Pada wktu tahun 1947 seorang dari Telkom Bandung datang di Ternate, beliau kaget bahwa kantor Pos Ternate sudah lengkap sehingga orang bisa kirim telegram dan berhubungan telepon dengan teman-tamannya diseluruh Indonesia khusussnya kota-kota besar.




OSVO – SEKOLAH KEPANDAIAN PUTRI
N.I.T  -  NEGARA INDONESIA TIMUR

Ou Djabir sempat berfungsi sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet NIT, TATENGKENG, kemudian para pemuda membuat ulah katanya Sultan Ternate pro Belanda dan menfitnah Sultan Ternate pro RMS mau membuat makar terhadap Republik Indonesia sehingga Pak Sultan diperiksa oleh Mahkamah Militer di Makassar, Bapak Hertasning, tetapi karena tidak ada bukti Sultan dibebaskan, Sultan memilih pergi tinggal di Jakarta untuk menyekolahkan anak-anaknya.


1945-1950
Gedung sekolah Holland Inlandse School (HIS) yang berbahasa pengantar Bahasa Melayu Indonesia, dan diharuskan mempelajari bahasa Belanda dan yang pintar berlatih bahasa Belanda cepat dapat berbahasa Belanda dengan baik.
Sekolah OSVO dijadikan sekolah SGB (Sekolah Guru B)

Sekolah MULO (MEER UITGEBREID LAGER ONDERWIJS) bertempat didepan rumah Jou Bacan, Tahun 1945 (Ibu Maryam Usman Syah) yang sekarang tahun 2008 ialah apotik Gamalama – Jl. Mononutu.
Gedung sekolah OSVO (1946) yang kemudian dijadikan SGB bertempat disebelah sekolah MULO. Kemudian dibangun sekolah Middel Bare School (SMP) didepan rumah Om Anton Laisina – Tante Da – Tante Mali yang pada tahun 1936 adalah Gedung Asrama Kristen yang managernya ialah Bapak Pati Hahuan, alm Mohamad Soleman dan Bapak Doa Soleman pernah masuk tinggal di asrama tersebut (1938). Guru-guru di sekolah Mulo (1946-1949) adalah antara lain Mr. Jansen, Muusers, Juffrou Van Den Berg dan lain-lain, kepala sekolah adalah Mr Markus, mereka kembali ke negeri Belanda ± 1950-1951.

Pada tahun 1938-1940 masih ada sekolah Cina dimana bahas pengantar adalah bahasa Cina tapi juga diharuskan belajar bahasa belanda,  Demikian juga sekolah Arab diharuskan mempelajari bahasa Arab dan bahasa Belanda. Tetapi sesudah perang dunia ke II tahun 1950 belum ada sekolah Cina – Sekolah Arab diganti dengan Pesantren Alchaerat (cabang Palu).
Kemudian dibuka sekolah SMA Negeri, SMEA, Sekolah kepandaian Putri danSGB di pindah ke Takoma (± 1956), pada tahun 1950 dibuka Sekolah STM di belakang Kantor Polisi di Takoma.


1936
Di Kampung Makassar didepan rumah Bapak Muthalib sekarang dirumah Bapak Aba Nur ada sekolah Desa untuk 3 (tiga) tahun – tujuannya hanya belajar menulis, membaca dan berhitung kemudian pada tuhun ± 1950, pindah ke Kompleks Pohon Pala dan menjadi sekolah Rakyat 6 atau 7 tahun, kemudian namanya berubah menjadi Sekolah Dasar. Bapak Saleh Ahmad pergi ke Bacan dan Makassar sekolah SMP di Makassar dan pada tahun 1957 kembali ke Ternate meneruskan sekolah SMA dengan kepala Sekolah Bapak Harmain, setelah bapak Harmain diganti denga  Bapak Dul safar, kemudian Bapak Man Langkeng jadi kepala sekolah Islam dekat Benteng Orange.
± September 1945 Bapak Suaib (orang Arab) ayahnya Abdullah Muhlis, Ahmad mendirikan pesantren di kampung Makassar di depan rumahnya Bapak Abdul Muthalib (Aba SA dan KAHA).
Kemudian Universita Khaerun di buka di Kadaton (1963 -1964) kemudian pindah ke Takoma di SMEA, siang hari para pelajar SMEA belajar dan pada sore harinya para mahasiswa belajar di Unkhair. Kemudian diberikan tanah oleh Bapak Sultan Mudaffar Sjah di dekat airport Baabullah sehingga UNKHAIR dibangun disitu.


1957
Timbul Permesta alasannya karena Bung karno Presiden RI Pertama mau menggabung komunis kedalam pemerintahan Indonesia Namanya NASA-KOM gabungan antara Nasional, Agama dan Komunis. Bung Karno mau bubarkan HMI.
Di (Ujung Pandang)  Makassar terjadi Coup di etas. Bapak Sudiro – Gubernur Indonesia Timur bertempat di makssar diganti oleh Gubernur Lanto Daeng Pasewang, sekretarisnya Ibrahim Baharuddin keponakan (District Baruntung di Ternate)
Panglima Teritorial Bapak Gatot Subroto di ganti dan diangkat Bapak Ventje Somual.

Bapak Ventje Somual adalah Kolonel dalam kesatuan Banteng, territorial VII
Orang-orang daerah mau memimpin daerahnya (sendiri) masing-masing.
Pada tanggal 22 Desember 1949 , Belanda memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Belanda hanya mau memberikan kepada Negara Indonesia timur dalam bentuk federal. Bung Karno pura-pura setuju, setelah diberikan serah terima kemerdekaan, setelah Konferensi Meja Bundar Bung Karno bikin Kampanye Non dan Co yaitu siapa yang pro republic dan siapa yang tidak. Disini yang Ou Djabir beda pendapat dengan Bung Karno – karena Ou Djabir mau merdeka dalam bentuk Federasi.
Sewaktu mereka bertiga berbicara di Istana Merdeka 1950 bung Hata mengatakan “Nee Sultan, Eerst Republik Later Federasi tapi Ou Djabir kecewa lalu mengatakan doen jullie datmaar – sk doe niet mee.
Saya protes dan tidak ikut. Kalian saja teruskan, terjadi beda ideolohi antara Bung Karno dengan Sultan Ternate

Tetapi pada waktu  sayang Malaysia  Bung karno mengundang Ou Djabir ke Istana minta pada Ou Djabir untuk menyerahkan daerah histories Sultan Ternate hitam diatas putih kepada presiden Bung Karno tapi Ou Djabir menolak dengan halus Bung Karno kecewa. Kemudian terjadi aksi Irian Barat. Orang Permesta mendapat amnesty dan ikut berjuang mengembalikan irian barat ke pangkuan Republik Indonesia.  Ou Djabir tiba di Ternate pada tahun 1953 dengan membawa surat untuk mendapatkan tingkat satu dan mungkin juga daerah istimewa untuk Kesultanan Ternate tapi Masyumi dan PNI tidak setuju mereka tidak hadir dirapat, Ou Bacan, Bapak Muhsin Usman Syah berfungsi sebagai Bupati (1950), kemudian Ou Tidore Zainal Abidin Syah pada waktu aksi Irian Barat Ou Tidore jadi Gubernur Irian Barat bertempat di Tidore.


1955
Pemilihan Umum pertama yang dilakukan oleh Presiden Soekarno sewaktu diadakan kampanye di Maluku Utara, Halmahera – Masyumi menipu rakyat dengan janji akan mengembalikan Sultan Ternate Djabir Syah bila masyumi menang dan memang masyumi menang untuk seluruh Indonesia pada Pemilu I, tapi Bung Karno tidak senang dan mau kembali ke decrit 5 Juli 1955. Bung karno mau bubarkan HMI tapi ditantang oleh Jenderal Ahmad Yani.

Bung Karno mulai membentuk Ganefo (The man Games of the New Emerging forces), Republik Indonesia menarik dari PBB. Timbul kerusuhan kerena HMI mau dibubarkan.
Bung Karno membentuk Badan Pemerintah NASAKOM (Nasional Agama komunis), Partai Komunis minta rakyat yang ber idiologi komunis) dipersenjatai-sehingga bentrok dengan TNI, Gendral Ahmad Yani menentang pembubaran HMI. Sebagai seniman ada yang masuk LEKRA (Seniman komonis). (Budaya LEKRA). Di tubuh angkatan darat timbul konflik karena para jenderal, Ahmad Yani cs menentang perdagangan yang dijalankan oleh tentara antara lain Kolonel Soeharto yang sering jual beli mobildengan liem Soli Liong, maksud Pak Harto untuk memperbaiki taraf hidup anak buahnya, memang pada waktu itu sebagian besar tentara bawahan hidup merana timbul perpecahan ditubuh angkatan darat. Dari Devisi Diponegoro yang dipimpin oleh colonel Untung dan Latif memproklamir atau mendemosionir pemerintah dan seorang Tentara Soeharto kebawah menentang policy 7 Jenderal termasuk jenderal Nasution jadi pada tanggal ………………….. malam tersebut tentara Cakra Birawa mendatangi rumah 7 jenderal tersebut dan mengatakan bahwa mereka di tunggui Bung Karno tapi kemudian ke-7 jenderal tersebut ditembak mati di Lubang Buaya – Jakarta. Jenderal Nasution berhasil menyelamatkan diri sehingga tidak ditembak mati, tapi letnan yang menjaganya ditembak mati. setelah timbul kekacauan Kolonel Soeharto, Yusuf dan 2 jenderal lagi pergi menghadap Bung Karno di Bogor sambil memperlihatkan pada Bung Karno Senjata-senjata yang di import dari Cina  (Beijing).

Bung Karno menunjuk jenderal pilihannya untuk menyelesaikan dispute angkatan darat lalu Soeharto mengatakan bahwa bila jenderal tersebut menjadi kepala untuk menyelesaikan persoalan angkatan darat – Kolonel Soeharto cs tidak menjamin keamanan di seluruh Indonesia. Akhirnya terjadi kasus Surat Perintah 11 Maret yang mengatakan bahwa kolonel Soeharto cs yang diberi kekuasaan untuk mengamankan keadaan di Indonesia. Menurut penilaian saya Soeharto memainkan peranan “double agent” atau mau menang sendiri dua Kolonel Untung dan Latif adalah anak buahnya Soeharto dari devis Diponegoro. Mereka yang memberontak sedangkan Bung Karno menghadapi persoalan dengan komunis yang ikut sertakan dalam NASAKOM. Soeharto membonceng diantara dua persoalan tersebut sehingga akhirnya Soeharto yang memegang pimpinan. Kolonel untung yang mengumumkan melalui RRI untuk mendemesionirkan pemerintah aktual. Di satu sisi Soeharto mengutuk PKI dan di lain sisi dia bersimpati pada pembunuhan para 7 jenderalnya dan pada akhirnya dia berminat memegang pemerintahan – menjadi Presiden RI, setelah berkuasa ± 30 tahun. Surat perintah 11 Maret dinyatakan hilang. Korupsi merajalela diseluruh Indonesia dan hutang Indonesia bertimbun bermilyar triliun rupah karena ulah pemerintah soeharto.
Bung Karno disingkirkan secara halus. Berliau diberi “Huis Arres (tahanan rumah)” di bogor sampai meninggal 7 juni 1980.
Angkatan Laut dan Angkatan Darat berpihak kepada Soekarno, pada waktu Soeharto berkuasa semua tentara angkatan darat di anak emaskan sampai jabatan Lurah diserahkan ke tentara.
Soeharto berkuasa ± 30 tahun lamanya dan setelah lengser keprabon “berhenti” pemerintah diganti oleh HABIBI. Habibi menjadi Presiden
Pemerintah yang berikutnya harus membayar hutang yang dibuat Soeharto.

Jenderal Wiranto memaksa DPR dan MPR untuk memilih pemeintah baru secara demokratis dan dia berhasil, Bapak Abdurahman Wahid dikukuhkan sebagai Presiden RI kemudian Ibu Megawati. Rakyat yang memilih langsung dan dimulai pada April 2004.

Setelah Bapak Habibi dikukuhkan sebagai Presiden RI, Maluku Utara menjadi Daerah Tingkat I.
Situasi di angkatan darat belum semuanya beres, katanya ada 2 kolonel yang frustrasi, setelah Soeharto berhenti memerintah dan mengadu domba dan menghasut orang-orang Kristen dan Islam supaya berkelahi, mereka berhasil di Ambon. Di Ambon mereka mengeluarkan orang-orang Islamdari Ambon dan di Ternate, Maluku Utara mereka mengeluarkan orang-orang Kristen dari Ternate. Keadaan jadi kacau. Terjadilah kerusuhan antara islam dan Kristen di Maluku, Maluku Utara, Poso (sulawesi Tengah).
Indonesia mengalami keadaan abnormal,Timor-Timor berhasil melepaskan diri yang disetujui oleh Presiden Habibi.
Irian Barat, Kalimantan, Aceh, Maluku Ambon mau melepaskan diri dari NKRI karena keadaan ekonomi kacau. Pusat mau mempertahankan Negara kesatuan sedangkan berbagai daerah minta “Otonomi Luas’. Pemerintah Pusat  memberi otonomi luas tapi dalam beberapa segi masih maju mundur. Sekarang tahun 2008 pemerintah mau masuk dibeberap daerah di Indonesia termasuk Maluku Utara. Keadaan mata uang USD merosot sehingga keadaan ekonomi dunia kacau. Mata uang Eropa masih tetap bernilai normal.
Di Maluku Utara adal Nusa Halmahera Mines mereka mengelola tambang emas, nikel dan lain-lain. Investor yang dibawa Sultan Mudaffar Sjah dari Jakarta berminat mengolah nikel. Di Taliabo ada perusahaan Australia yang mengolah tambang emas, nikel, usaha timah bergerak dibidang perikanan disamping itu ada eksport kelapa, pala dan cengkeh yang sekarang mempunyai nilai jual yang tinggi
kelapa Rp. ………………. per kilo
Cengkeh Rp. 35.000 per kilo
Pala Rp. 40.000 per kilo dan Fuli Rp. 45.000 per kilo
Jadi menguntungkan para petani kelapa, cengkeh dan pala. Dengan kenaikan BBM minyak Solar, Premium, minyak tanah taraf hidup diseluh Indonesia menjadi tinggi. Orang mencari jalan keluar antara lain dengan menggunakan Biogas dari septic tank disambung pipa ke dapur untuk mendapatkan gas untuk masak. Orang Indonesia jadi inovatif untuk mencari jalan terbaik untuk mengatasi berbagai kesulitan yang timbul di Indonesia, juga terberat adalah pemberantasan korupsi yang pada jaman pemerintahan Soeharto mulai diaktifkan sehingga telah membudaya, orang-orang sudah kehilangan rasa malu untuk mencuri uang pemerintah dan dari perusahan-perusahan lainnya. Pada pemberantas korupsipun kesalahan mereka yang tetap berkorupsi adalah mereka yang rakus dan mau cepat kaya dengan mencuri uang orang lain.

Sultan Ternate Mudaffar Sjah sedang memperjuangkan Undang-Undang untuk orang adat di seluruh Indonesia, karena orang-orang adat dianggap pemerintah sebagai “second rate Citizen”, tanah-tanah adat dicaplok seenaknya oleh pemerintah. Mudah-mudahan Sultan-sultan berhasil. Walupun sebagian orang-orang adat yang mempunyai kebun cengkeh pala dan kelapa bisa menyambung hidup pas-pasan, tidak miskin tidak kaya, tapi tiap-tiap hari bisa makan, bisa menyekolahkan anak-anak kalau ada kelebihan uang. Di bidang kesehatan rakyat juga lumayan disana-sini timbul penyakit menular, kurang gizi dan lain-lain. Yang ber prosentasi pendek. Penyakit malaria sudah menjadi penyaki endemik dan akan terus diberantas se tuntasnya. Dari ‘Darma Ibu’ Ibu-ubu giat mengajari ibu-ibu rumah tangga dibidang pendidikan, Higienis dan memasak yang bergizi untuk keluarga, menambah hidup mengikuti perkembangan jaman. Hanya disiplin dibidang pendidikan mereka belum berhasil seluruhnya yaitu pendidikan anak-anak di rumah harus diajarkan waktu untuk belajar, main-main, makan, tidur dan sebagainya. Semoga kedepan ibu rumah tangga dan Bapak dapat berhasil mengajakan disiplin hidup pada anak-anak mereka masing-masing, juga dibidang agama diterapkan hidup bermoral seperti yang punya orang adalah punya dia, yang punya saya adalah punya saya.
Semoga dapat memperbaiki jalanya hidup bermoral yang nanti akan memberantas korupsi. Juga harus mendidik anak berfikir dan berbuat kreatif dibidang pelajaran Sience, teknologi, matematika dan kesenian dengan mengadakan berbagai lomba dibidang tersebut, kita mengangkat cara berfikir anak dan supaya mereka dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, karena budaya asing Eropa dan Amerika telah mempengaruhi cara hidup bergaul, berpakaian yang sopan di Indonesia.



   

Selasa, 31 Mei 2011

TARANOATE 01

PERUBAHAN BEBERAPA NILAI – NILAI HIDUP
DI MASYRAKAT MALUKU UTARA KHUSUSNYA TERNATE



ZAMAN BELANDA - ZAMAN SULTAN USMAN ( 1902 – 1913 )


Peraturan adat di pegang teguh (Sultan Usman )

1. Harus memakai Pakaian Adat bila masuk Kedaton
2. Harus berbicara dengan sopan santun terhadap yang lebih tua umurnya
3. Berbicara dengan Sultan dan kerabatnya tidak boleh dilupakan ”Suba Jou ”
4. Basa – basi dalam menyapa bila bertemu dengan siapa saja dalam perjalanan umpamanya, mau ke mana? Jawabnya mau ke sana ke pasar dan sebagainya. Jadi bukan selamat pagi Pak atau Ibu.
5. Makan di para – para dengan sopan santun tanpa sendok, garpu, hanya yang digunakan setelah tangan dan jari - jarinya dicuci sebelum makan. Kalau selesai makan boleh berdahak sekerasnya sambil menyebut Alhamdulillah tanda puas dengan makanan yang enak di santapnya. Selesai makan biasanya mengorek sisa- sisa makanan dengan tusuk gigi ( lidi ) dalam mulut.

Perilaku yang tidak sopan.

Dalam satu pertemuan jika ada yang mau buang angin ( kentut ) harus keluar dari ruangan tersebut, demikian juga jika mau mengeluarkan lendir dari dalam kerongkongan. Bila roheka dalam pertemuan, harus menyingkir dari tempat tersebut.
Bila mau menyindir orang berbicara biasanya dengan memakai pantun Doro Bololo.
Bila bepergian sekeluarga untuk bertamu atau bersilaturahmi; bapak ( ayah )berjalan di depan, ibu dan atau istri berjalan di belakangnya. Anak perempuan berjalan dekat ibu ( dibelakang ), lelaki berjalan dekat ayah (dibelakang). Bila tiba di rumah yang dituju seruan Assalamu alaikum, Suba Jou, tabea diperdengarkan. Bila mohon diri selesai bertamu juga disebut Assalamu alaikum.

Pacaran adalah ” tabu ” dan harus ada yang menemaninya atau mengantarnya kemana perempuan itu mau pergi..
Biasanya orang tua mencari jodoh anak – anak mereka dengan segala konsekuensinya. Kawin harus seagama, Islam dengan Islam, Kristen dengan Kristen dan sebagainya. Belum lagi di masyarakat Arab, Said harus kawin dengan Syarifah dan sebagainya. Walaupun sama – sama Islam, Said dan Syarifah di larang kawin dengan pribumi di Maluku Utara karena turunan Ahlulbait.

Bila bergaul, perempuan dengan perempuan, lelaki dengan lelaki, khususnya untuk yang beragama Islam. Yang non Islam ada aturan untuk perkawinan seperti yang pangkat adik tidak boleh dengan kakak atau pangkat anak dengan paman atau bibinya. Tapi dalam pergaulan biasanya penyimpangan – penyimpangan selalu ada, kalau tidak cocok dengan pilihan orang tua, ya, kawin lari.
Di Maluku Utara khususnya Ternate ada rumah panggung ” Fala Gaku ” dan rumah biasa non panggung yang disebut ” Fala Kancing. ”
Jika si A dari kampong B menikah dengan si C dari kampong D, selesai pernikahan fala kancingnya dari wanita di pindahkan ke kampung pengantin pria atau atas persetujuan bersama bisa terjadi sebaliknya.
Kalau ada yang sudah melahirkan ditanyakan, Saloi atau Paludi ( di Halmahera ) artinya anaknya lelaki atau perempuan. Dalam perkawinan orang – orang Galela, Tobaru ada mas kawinnya, kalau perkawinan di setujui oleh kedua belah pihak. Kadang ini dianggap berat oleh orang tua si A atau si B, jadi orang memilih kawin lari untuk menghindari mas kawin tersebut. Kadang bisa berakhir dengan perang suku.

Di Ternate kalau kawin tanpa persetujuan orang tua berarti harus menghilang dari pandangan kedua orang tua. Pengantin tersebut entah pindah ke daerah lain, pokoknya jauh dari orang tua. Ada yang di kutuk kedua orang tua pengantin. Walaupun dapat berbaikan kembali kalau sudah ada anak – anak dan cucunya.
Wanita remaja kalau bertemu pria tidak boleh saling memandang mata atau bertemu mata ( orang Islam ). Kalau non Islam tidak ada soal.



PENGARUH PEMERINTAH BELANDA / EROPA

Di sekolah Belanda kita diajarkan selain Pelajaran Bahasa Belanda, berhitung, membaca dan sebagainya. Juga diajarkan nyanyian Belanda yang berdasarkan rasa patriotik Belanda dan lagu – lagu gereja. Kalau masuk sekolah murid - murid mengucapkan ”Goede Morgen Meneer Markus” ( selamat pagi Pak Markus )harus menyebutkan nama gurunya. Tidak sopan kalau tanpa menyebut nama gurunya. Bila saling berkenalan, harus saling berjabatan tangan sambil menyebut nama masing – masing umpamanya, ”Syirk Van Der Goot” atau ”Karel Van Doren”, ”Rieke Huygens”, ”Yet Gang” Marie Van Der Kroef ( 1930 – 1940 ). Kalau berbicara yang sopan dengan lawan bicara disebut U ( kamu, engkau yang sopan dalam Bahasa Indonesia Bapak atau Ibu ). Kalau bertanya nama orang ” Hoe heet U ? ” kalau kasar, Hoe heet je ?.



Setelah tahun 1950 keatas tata krama dalam pergaulan berobah khusus, di Holland, bila memanggil ayahnya, disebut namanya umpamanya, Meneer Dick Van Dick di panggil Dick / oleh anak – anaknya. Kalau bertemu kenalan dijalan hanya ” hallo” yang disebut. ( 1970 – 1992 ) Di Belanda kalau bertemu dengan orang yang tidak dikenal, cuek saja ( didiamkan saja ). Di Ternate juga demikian.
Kalau mau bertanya nama orang umpamanya yang tinggal dijalan ” Heren straat ” kalau mau memanggil orangnya, hanya dengan hallo saja ( yang kurang sopan ). Yang sopan adalah ” Ekskuseer me, waar woont Meneer Van Der Laan ?
Bila bertemu dalm pesta harus memperkenalkan diri ” Ik ben Meneer ten Cate atau Meneer Rosenberg, dan yang lawan bicara boleh menyebut namanya juga atau mengatakan ” Aangenaam ” senang berkenalan denganmu ( bapak atau ibu ).
Mengenai tata cara makan, di rumah sendiri dan atau di rumah orang lain, ada etiket bersantap. Di sediakan piring – piring, sendok – sendok + garpu – garpu + pisau – pisau, servet, tanpa tempat cuci tangan, karena orang barat hanya makan dengan sendok dan garpu. Sebelum mulai makan biasanya yang punya rumah mengatakan ” selamat makan ” ” ( smakelijk eten ) !” yang dijawabnya yang sama oleh tamu. Kalau orang taat beragama Protestant atau Khatolik, biasanya mereka membaca doa ( Protestant ), yang beragama Khatolik, mereka membuat tanda salib sambil berdoa sebelum makan. Dari yang hadir di meja makan, diharapkan menunggu samapai doa mereka selesai, kemudian mengatakan ” smakelijk eten ”
Untuk keluarga yang sederhana di mulai dengan ” soup ” kemudian dalam satu piring di ambil 2 kentang kecil, sepotong beef steak, 2 wortel, 1 sendok kol, dan buncis 1 sendok makan. Selesai makan bisa disuguhi dengan pudding yang dibubuhi vla, atau caramel pudding, citroen pudding + vla dan sebagainya. Sambil makan boleh bercakap – cakap. Dianggap tidak sopan kalau berdahak ” boeren ” dengan suara keras. Atau minta disampaikan dengan makanan yang terletak agak jauh dari tempat kita duduk. Tidak sopan kalau tangan kita memotong didepan orang lain untuk mengambil makanan yang diinginkan. Mohon dari teman yang duduk di samping lauk – pauk yang di inginkan.
Biasanya selesai makan yang punya rumah menawarkan secangkir kopi atau kopi susu. Susu dan gula dicampur sendiri bila mau minum kopi, dan ada yang pindah ke ruang lain untuk meminum kopinya.Dan kalau ada buah – buahan seperti buah apel, buah pear, buah kiwi, anggur dan sebagainya biasanya disediakan pada acara minum kopi. Kalau dirumah orang Perancis disediakan bermacam keju. Kalau diadakan makanan a’la banguet berarti kita hanya mengambil sendok garpu, lalu mengambil makanan dari meja panjang di mana makanan sudah di sediakan kita dapat memilih sendiri. Tapi kalau di restoran kita mau pesan makanan yang kita sukai dari daftar makanan itu disebut ” a’la carte. ” Pada pesta perjamuan tamu agung formasi ” bestek ” di meja panjang untuk tamu agung lebih rumit lagi. Bestek artinya piring –piring besar, kecil, sendok, garpu, pisau dalam bentuk besar dan kecil, gelas minum, bier, wine dan sebagainya, cangkir, kopi, teh, tempat gula, susu, teko untuk tempat kopi, the disediakan tersendiri. Disediakan orang – orang khusus untuk membantu tamu – tamu agung. Dengan pandangan mata kepada pembantu ( kelner, ober ) adalah pertanda aba – aba supaya pembantu datang ke tempat tamu agung tersebut sambil mengucapkan ” ken ik u helpen meneer, ” atau ” can help you, sir ! ” jadi tidak perlu memanggil dengan lambaian tangan. Semua orang yang ikut membantu dalam perjamuan tamu agung sudah hafal diluar kepala mengenai tapel mameren – ettiguette table manner dan sebagainya sesuai protocolail tamu agung.



PENDIDIKAN DI TERNATE ( 1950 – 1960 )

Pada tahun 1945 – 1946 sudah didirikan sekolah SMP ( MULO ) disamping SR atau SD kemudian ditambah pada tahun 1960 dengan SMA, SMEA dan lain – lain. Tahun 1936 pengaruh Belanda di Halmahera ( Galela – Tobelo ) Misi Zending ( Kristen Protestant ) masih gencar melakukan dakwahnya.



PENGARUH BELANDA DALAM NILAI – NILAI SOSIAL, EKONOMI DAN AGAMA

Agama – agama Islam di tekan khususnya di luar Ternate. Di Ternate ada Gereja Ayam ( Protestant ), Gereja Katolik, Temple Budha ( Toa Pek Khong ), mesjid Sultan dan Mesjid Arab dan lain – lain.
Sekolah – sekolah ada yang berbasis agama Kristen, Taman Siswa, Kong Hu Chu, dan Islam ( Bahasa Arab ).
Yang bersekolah di ELS ( SD ) diajar tata cara bergaul dengan orang Europa bebas bergaul dengan semua orang yang masuk sekolah ELS. Yang masuk ELS adalah anak dari seorang Kapita Cina, Arab, kapita orang – orang Jepang, Pegawai Kantor Pemerintah ( Ambon, Menado yang beragama Kristen ) dan anak – anak Sultan. Kalau anak Sangadji, Jogugu dan lain – lain, merek bersekolah di HIS ( Bahasa pengantar Bahasa Melayu ) dan harus belajar Bahasa Belanda. Ada yang bisa berbahasa Belanda selesai sekolah ( SD ) HIS. Pada tahun 1936 sudah ada Volkschool dan Sekolah Dasar ( 3 tahun ).
Kalau di tahun 1915 orang masih bersalaman dengan ” Suba Jou ” atau Assalamu alaikum Wr. Wb. Pada tahun 1927 – 1936 orang sudah biasa bersalaman dengan selamat pagi dan seterusnya, khususnya yang tinggal di kota . Di desa masih Assalamu alaikum / Suba Jou. Dalam berkenalan ada yang sambil memegang tangan untuk pria dan wanita. Tapi diantara Muslim masih berlaku Assalamu alaikum Wr. Wb atau Tabea tanpa pegang tangan. Untuk keluarga Muslim anak – anak masih mendapat Pelajaran Pengajian di rumah masing – masing. Di samping berpuasa, bertarawih, mengeluarkan Zakat pada hari Idul Fitri, Idul Adha dan lain – lain yang diikuti oleh keluarga Muslim..
Kakek saya melarang anak – anaknya bersekolah Belanda dan belajar menulis huruf Latin mereka hanya mengaji dan mempelajari membaca dan menulis dalam huruf Arab ( 1910 – 1914 ).
Setelah Beliau di buang ke Bandung gara – gara Banau kemudian 3 anaknya di tangkap yaitu Djabir, Icthtirajurahman dan Nasir. Lalu di muat ke kapal menuju Batavia ( Jakarta sekarang ), keluarga dekat dan istrinya ditinggalkan di Ternate. Sesudah Sultan Usman pergi dari Ternate, banyak dari keluarga Kesultanan Ternate menyingkir ke Halmahera untuk bercocok tanam di sana. Sebagian juga untuk menghindari pajak.
Anak Sultan Djabir bergaul bebas dengan orang – orang Cina, Arab, Belanda dan disiplin belajar diajarkan pada anak –anak Sultan umpamanya ada waktu belajar, main, istirahat ini yang diterapkan oleh Sultan Djabir pada anak – anaknya. Ada yang ikut pramuka, ada yang belajar musik ( piano ) ada pelajaran menyanyi di sekolah ELS dan HIS. Kalau di sekolah Arab di ajarkan lagu – lagu Qasidah.
Sekali setahun sebelum Tahun Baru Cina ( cap go me ), di Ternate biasanya diadakan Pesta ” Kereta Cina. ” Saya pernah diundang naik kereta Cina pada malam hari bersama Moutje Yap anaknya atau cucunya Tuan Yap Leng ( orang Cina kaya di Ternate ). Tahun 1938 pada malam terakhir disebut kereta Cina mau mengambil buah – buahan.
Pernah diadakan pesta dimana ibu – ibu mengenakan pakaian Cina, Jepang dan Europa dan lain – lain untuk lomba dansa semacam Ballroom dance ( costume dance ) kemudian mereka berdansa di Societeit Minerva.
Setelah dalam berdakwah diantara ketegangan Kristen dan Islam ( Orang Adat ) di Halmahera ( Tobelo, Galela ). Kemudian pada tahun 1924 timbul organisasi PKI. Dan yang jadi anggota – anggotanya PKI adalah antara lain Imam – imam di mesjid Sultan dan beberapa Keluarga Sultan. Sepertinya mereka tidak perduli dengan ideologi PKI yang anti Tuhan. Pokoknya ada organisasi yang anti Belanda semua malah mau ikut.
Sekolah Taman Siswa didirikan kira – kira pada tahun 1936 Pak Soeryadi yang jadi Kepala Sekolah, tujuannya untuk mengajar rasa nasionalis dan persatuan bangsa, murid- murid. Kemudian orang – orang Jepang mulai berdatangan bertambah banyak. Ada yang bercocok tanam di Halmahera, ada yang membuat ikan kayu ± 1936 yang kemudian diberikan kepada tentara Jepang pada waktu mereka mendarat di Ternate 8 Januari 1942. Rupanya mereka sudah membuat rencana yang tepat untuk berperang di Pasifik. Rakyat Maluku Utara punya pohon pala, pohon kelapa, dan pohon cengkeh. Dari ketiga kategori tumbuh – tumbuhan tersebut mereka mencoba bertahan hidup selama berabad – abad lamanya, kecuali mereka yang bekerja di kantor pemerintah, yang mendapat gaji tetap. Rakyat Maluku Utara tidak hidup berlebihan tapi juga bukan dikategorikan sebagai orang miskin ( seperti di Jawa ). Mereka yang punya kebun cengkeh, pala dan kelapa yang luas bisa menjadi orang kaya kalau diatur dengan baik. Jadi keadaan ekonomi rakyat dapat bertahan selama zaman Belanda, Jepang dan Republik. Yang berobah adalah mencari pasaran pada penguasa yang berbeda ideologinya.
Tujuan Bangsa Belanda adalah membeli cengkeh, pala semurah mungkin dan menjual dengan untungnya yang besar, memperluas Kristianisasi, menekan hidup orang – orang Islam dan di bidang politik di implementasikan politik devide et empera, menghasut sultan – sultan supaya saling bermusuhan dan Belanda bisa memerintah dengan mulus. Ikut campur dalam menentukan Sultan – Sultan yang dapat bekerja sama dengan mereka ( Sultan boneka ).
Sebelum Jepang mendarat, kita yang tinggal di kota Ternate diadakan latihan menghindari pengaruh suara bom yang bisa membuat orang jadi tuli dan orang Belanda mengumpulkan panci – panci aluminium yang nanti di kirim ke Belanda untuk membuat pesawat terbang di pabrik Fokker Nederland.
Pengaruh Bangsa Jepang khususnya di bidang militer ialah mengadakan kadernisasi di bidang militer yaitu Heiho ( tentara Indonesia yang bantu tentara Jepang ), mendidik anak anak dengan olah raga, belajar bahasa Jepang. Sopan santun Jepang adalah tidak boleh salah memberi hormat pada tentara dan orang – orang Jepang. Mengumpul hasil makanan ( kasbi, pisang, batata, sagu ) dan lain – lain untuk tentara Jepang, dan juga menangkap ikan untuk tentara Jepang dan sebagainya.
Dikumpul wanita – wanita penghibur untuk tentara – tentara Jepang yang dimasukkan ke rumah panjang ( demikian istilah orang – orang Ternate ). Ada beberapa orang Ternate yang di siksa, ada yang di tembak mati. Karena dianggap mata – mata musuh.
Sewaktu orang orang Maluku Utara ( Halmahera ) bekerja di lapangan terbang Skojo di Kao juga ada di antara mereka membawa harta karun yang di rampok dari penduduk wanita Ternate diambil( kalung emas, cincin kawin emas, anting emas dan gelang emas ), kalau dari pria cincin kawin emas atau cincin emas lainnya dan arloji pria.
Dalam pergaulan dengan tentara Jepang dan Pegawai Pemerintah Sipil orang Jepang, dapat dikatakan tidak begitu mulus. Orang – orang Ternate yang bekerja di kantor Pemerintah Jepang boleh mendapat coupon untuk membeli beras, bahan untuk baju, kecap, ba’mi, bihun dan lain – lain. Itupun berlaku hanya ± 3 bulan sesudah mereka mendarat di Ternate. Setelah itu tidak ada pembagian pembelian makanan melalui toko – toko yang di tunjuk oleh Minsebu kantor Jepang
Semula rakyat Ternate menyangka bahwa orang Jepang itu sebaik orang Cina atau orang asing lainnya yang ada di Ternate. Tapi setelah banyak penduduk dipukuli oleh penjaga tentara Jepang di depan Fort Orange, orang mulai berpikir dua kali untuk bersosialisasi dengan mereka. Walaupun diantara tentara dan pegawai Jepang ada yang berperilaku baik terhadap sebagian orang Ternate, tapi orang Ternate lebih baik berhati – hati dan jaga jarak. Kemudian ditambah lagi dengan penangkapan nona – nona manis dengan alasan yang tidak jelas. Ibu – ibu kemudian melarang anak – anak perempuan mereka untuk keluar rumah seorang diri, dan harus ada yang mengantarnya.
Ada juga kasus – kasus untuk saling menghasut yang pro Belanda di tangkap dan di siksa, dimasuk ke penjara tanpa proses verbal. Yang pro Jepang di sanjung setinggi langit. Walaupun Tentara Jepang mengambil perhiasan – perhiasan penduduk Ternate, mereka tidak pernah mengambilnya dari penghuni di dalam kedaton kecuali kalau mereka pergi ke pasar.
Kalau di zaman pemerintahan Belanda ada yang bisa bergaul dengan orang Belanda, dengan Pegawai Negeri khususnya pada tingkat anak Sultan Vreemde Oosterlingen ( orang – orang asing ), orang Cina, anak – anak Kapitan Cina, Kapitan Arab, Anak – anak Sangadji, mereka yang masih ada hubungan dengan Kesultanan Tidore, Bacan dan Ternate umpamanya keluarga Fabanyo, Keluarga Iskandar Alam, Kamarullah, Keluarga Soleman di Ternate ( Distrik Hoofd ) dan sebagainya.
Status penghuni Maluku Utara Ternate ( 1913 – 1942 ) terdiri atas :
1. Orang – orang Belanda Totol ( orang – orang Belanda yang belum pernah bergaul dengan orang – orang Melayu ( pribumi ), belum pernah datang di Indonesia pada waktu itu ).
2. Orang – orang Belanda Indo(Belanda yang sudah kawin dengan orang Indonesia )
3. Orang – orang Menado Pegawai / tentara Kristen
4. Orang – orang Ambon Pegawai / tentara
5. Orang – orang Arab
6. Orang – orang Cina
7. Orang – orang Jepang Vreemde Oosterlingen
8. Orang – orang Punjab
9. Orang Tamil
10. Orang Adat Kristen
11. Orang Adat Islam
12. Suku Jawa
13. Suku Bugis
14. Suku Makassar

Dari 1 s/d 4 adalah orang – orang pilihan
Dari 5 s/d 8 adalah yang berstatus sosial baik
Dari 9 ke bawah adalah yang berstatus tidak baik
Pernah tertulis di papan sebagai Pengumuman di kolam renang Cikini ( 1938 ) waktu Ayah dan Ibu saya ke Batavia, Verboden Voor Islamieten En Honden, Masya Allah kedua orang tua saya langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
Orang Islam yang non pemerintah dan orang adat Kesultanan Ternate di anggap tidak bernilai. Hampir semua orang yang masuk ke Ternate ( Maluku Utara ) harus ada izin dari Sultan Ternate.
Tapi ada satu kasus yang menggelikan dan aneh dari sudut agama Kristen. Mereka yang beragama Kristen Protenstant lebih dapat diterima dari pada mereka yang beragama Katolik . Pada suatu waktu ada permohonan dari Uskup Batavia mohon untuk dakwah agama Kristen Katolik di Ternate ( Maluku Utara ) dan Sultan Ternate memberi izin. Gubernur orang Belanda marah – marah dan tidak setuju, tapi kemudian Sultan Ternate mengatakan didalam Negara demokrasi seperti Belanda kan ada juga agama Katolik yang exist, Gubernur Belanda diam. Kemudian pada 1945 – 1946 datang permohonan dari mereka yang beragama Pantekosta. Mereka juga diizinkan masuk. Jadi di Ternate sudah ada Gereja Protestant, Gereja Katolik, Gereja Pantekosta, Temple Toa Peh Khong dan lain – lain. Gereja Advent kemudian baru masuk pada tahun 1950 / 1960.

Demikian keadaan agama – agama di Ternate. Dari sudut agama Islam ada Islam Maluku Utara, Ada Islam Muhammadiyah, kemudian datang Islam NU. Sekarang pada Tahun 2000 datang lagi Islam Fundamentalist sama seperti dalam agama Kristen Fundamentalist. Jadi sudah ramailah perkembangan agama di Ternate dan Maluku Utara. Bagaimana implementasi dan pengaruhnya itu lain soal lagi.

Di zaman Jepang 1942 mula – mula lagu Indonesia Raya dikumandangkan disekolah – sekolah tapi ± 3 bulan kemudian lagu – lagu Indonesia Raya menghilang hanya lagu Kimigayo yang di kumandangkan di sekolah – sekolah ( Lagu Kebangsaan Jepang ). Pelajaran di sekolah terdiri atas pelajaran Bahasa Jepang, menyanyi Lagu Jepang.
Anak – anak di suruh mengumpul pohon kanikir ( kelereng ) dalam waktu pelajaran terakhir.
Di pagi hari setelah upacara penghormatan Bendera Jepang kemudian mendapat pelajaran olah raga, pelajaran geography, pelajaran sejarah, pelajaran ilmu flora dan fauna dan pelajaran ilmu kesehatan tidak ada.
Kadang pada pesta Teno Heika, anak – anak di suruh berbaris ke rumah Minseibu ( Bupati ) untuk mengikuti upacara disana. Kalau kebetulan ada pesawat terbang musuh berdengung semua anak – anak harus tiarap atau masuk lobang perlindungan. Jadi hidup di Ternate sudah menjadi hidup bervivere Pericoloso ( menyerempet bahaya ).

Setelah ada permohonan dari orang tua murid baru anak – anak di liburkan tapi guru – guru harus hadir walaupun sebagian murid – murid tidak masuk, khususnya anak – anak kecil SD kelas 1,2,3. Hal ini terjadi pada tahun 1942 bulan Oktober ( 17 Okotober 1942 ).

Setelah pemboman tersebut banyak orang mengungsi. Pemboman yang dasyat oleh sekutu di mana kira – kira 5000 / lebih orang meninggal dunia. Yang paling parah ialah di kampung Cina, kampung Palembang dan dibelakang Benteng Orange sampai di rumah Resident ( sekarang kantor Gubernur 2007 ) dan jalan Monunutu.




Pada bulan – bulan pertama setelah pendaratan Tentara Jepang orang Kristen masih diperbolehkan pergi ke Gereja dan Orang Islam ke Mesjid. Tapi kira – kira 3 bulan kemudian atau setelah pemboman Oktober 1942 semua kegiatan keagaaman dilarang termasuk nelayan yang melaut untuk mencari ikan.
Di Ternate kadang – kadang ada ibu – ibu yang jalan ke pasar dengan sarong yang menutupi kepala sampai di kaki hanya kedua mata yang kelihatan. Itupun kemudian dilarang dengan alasan dapat menjadi mata – mata musuh.
Pada permulaan tahun 1945 seluruh orang – orang di Ternate sudah pergi mengungsi, begitu juga keluarga Sultan Ternate Ada yang mengungsi ke Halmahera, di hutan. Di Ternate di hutan masih ke gunung Ternate, Dan dimana - mana terdapat mata – mata orang Jepang. Juga di dekat rumah keluarga Sultan Ternate, dari mulai Bola, Sabia, Buku Konora, Buku Bendera, dan Kolo - Odi. Batu Angus adalah tempat – tempat dimana Headquarter tentara Jepang. .
Biasanya orang – orang Ternate yang bekerja di Kepolisian Jepang yang memata – matai Keluarga Sultan Ternate. Mereka menutupi diri dengan sarong hitam. Pada hari malam akhirnya Keluarga Sultan Ternate dapat lolos pergi ke Pulau Hiri. Kemudian setelah berperang dengan orang – orang Jepang yang memburu Keluarga Sultan Ternate ke Pulau Hiri, Keluarga Sultan Ternate, akhirnya dapat berangkat ke Morotai dengan P.T Boat. Setibanya di Morotai pada malam hari satu kapal terbang Jepang mau datang membom Pulau Morotai, tapi belum sempat membom Pesawat Jepang itu sudah di tembak jatuh. Setelah di Crossing dengan ”searchlight” sehingga mata pilotnya menjadi silau lalu pesawat di tembak sehingga dapat terjun bebas ke dalam laut.

Demikianlah setelah satu atau dua malam kita menginap di Morotai, besoknya kita berangkat ke Australia.

Demikianlah yang dapat saya informasikan mengenai keadaan di Maluku Utara di waktu lampau ( 1936 – 1945 ).( 1945 – 1950 ) Dari tahun 1949 saya pergi ke Batavia. Tahun Untuk melanjutkan sekolah di Kweekschool Santa Maria
Catatan mengenai 1910 dan sebagainya adalah hasil dialog dengan kakek, nenek, paman, bibi, ibu dan ayah saya.

TARANOATE

Ternate



BAB I
Lingkungan Hukum – Adat Ternate



Pendahuluan.

Oleh karena banyak sarjan-sarjana yang telah menulis tentang hukum Adat di Indonesia, tetapi belum banyak yang menulis tentang “Hukum Adat Ternate”.

Penulis-penulis terkenal yang dapat dicatat antara lain Van Vollenhoven, “Het Adatrecht Van Nederlands Indie” jilit I dan II, Mr. B. Ter Hear, “Beginselen en Stelsel Van Het Adatrecht” R. Van Rijk (terjemahan oleh R. Soekardi). “Pengantar Hukim Adat Indonesia” dr. Soekanto, “ Meninjau Hukum Adat Indonesia” dan lain-lain.

Mengingat pula bahwa istilah “Lingkungan Hukum Adat Ternate” telah dipergunakan oleh Van Volenhoven dalam bukunya tersebut; (percobaan sebuah studi Hukum International Regional di Indonesia).

Sebagaimana diketahui, bahwa hukum diadakan antara lain untuk mengatur hidup manusia dalam urusan mengamankan kepentingan-kepentingannya maupun memajukan kepentingan-kepentingannya. Dalam hubungan dengan ini timbul pertanyaan-pertanyaan “Apakah mungkin menetapkan hukum yang sedemikian, baiknya dalm kitab undang-undang?”. Untuk menjawab pertanyaan ini lebih dahulu harus selidiki bagaimana sebenarnya hukum itu timbul dal peradaban kita. Jika penyelidikan itu dilakukan dalam sajarah maka akan kita ketahui, bahwa hukum selalu timbul dari keyakinan rakyat, seperti juga bahasa dan susunan masyarakat.

-      Dr. E. Utrecht, Sejarah Hukum International di Bali dan Lombok, hal. 12 : Penerbit “Sumur Bandang” tahun 1962.



















II/ Prof . . .

Mula-mula hukum termasuk padanya (rakyat), hokum merupakan  bagian dari padanya. Kemudian ada perbedaan dalam golongan-golongan yang menyebabkan ada berbedaan yang satu dengan yang lain.#3

Beberapa waktu kemdian berdiri satu golongan ahli hukum. Hukum menjadi ilmu pengetahuan dan berhenti hidup melalui dalam pikiran rakyat. Tetapi sebagian adalah tetap hukum rakyat (volksrecht), meskipun sebagian lainya menjadi hukum dari pada sarjana hukum (juristenrecht).

Jadi disamping hukum yang wajar (jangan dicamprkan dengan hukum alam menurut akal) “ada hukum sarjana hukum” dan “hukum ahli hukum” (juristenrecht).

Hukum asli adalah hukum kebiaaan yang hidup pada rakyat adat dan kebiasaan adat inilah yang harus diselidiki oleh ilmu hukum.

Karena perundang-undangan bukan sumber yang asli. Maka orang harus berhemat dengannya. #4

Dari penjelasan diatas, dapatlah dimengerti bahwa sumber yang asli adalah keyakinan rakyat, yang dalam pergaulan sehari-hari membentuk “hukum kebiasaan”.

Hal 13 Von Schmid dalam bukunya yang telah disebutkan lebih dahulu – berkata : “Pada bangsa Romawi pun yang terkenal sebagai ahli-ahli dalam mengitabkan hukum-hukum berkembang mmenurut masyarakat, artinya sebagai hukum kebiasaan.  Cara yang tepat untuk mempelajari hukum tidaklah dimiliki oleh ahli hukum.#5

Khusus tentang tujuan penulisan ini, seperti telah dikemukakan dalam halaman 1 serta dengan menunjuk pula pada buku Von Schmied diatas halaman 64. Isi dan keadaan hukum akan dicari dengan mempelajari hukum pada waktu dan tempat-empat lain-lain terutama dengan menyelidiki bagaimana hukum itu berlaku sebagaimana adat disana, sebagai hidup  rohani masyarakat yang mengikat seluruh anggota masyarakat. #6

#3.    Prof. Nasroen S.H “ Dasar Falsafah Adat Minangkabau”. Tahun 1957 hal. 5.

#4.    Jhr. Dr. Von Schmid, “Pemikiran tentang Negara dan Hukum dalam
abad. 19” Terjemahan Boentaran, penrbit PT. Pembangunan Jakarta
1961, hal. 61 – 62.

#5.    Ibit hal. 13
#6.    Ibit hal. 64


   





           
Penyelidikan yang dilakukan penyusun dengan cara berdialok langsung dengan beberapa kepala-kepala adat ; yang dapat menjelaskan asal usul Soa.

Sesuai kenyataan sekarang di Maluku Utara banyak terdapat banyak kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari beberapa Soa. Sudah menjadi hukum adat pula bahwa pengangkatan kepala-kepala adat selalu  dilihat dari Soa mana calon itu berasal. Karena ada pangkat fungsi adat tertentu yang khusus boleh dijabat oleh Soa tertentu. Sebelum melanjutkan arti Soa dalam suasana rakyat (volkssfeer) baiklah dijelaskan arti Soa sesuai logika bahasa.

Dalam bahasa Ternate, Soa berarti satu ruang yang terdapat diantara dua benda berwujd. Dikatakan “Fala ma Soa” artinya ruang diantara dua rumah atau lebih. Adalah suatu konsekuensi logi jika rumah diterima sebagai tempat kkediaman suatu keluarga.

Mudah dimengeri bahwa suatu keluarga yang berkembang biak sehingga pada suatu saat, terdapat begitu banyak rumah disuatu tempat, sehingga untuk menentukan suatu tempat diantara sekian banyak rumah menjadi makin sulit.  Maka ucapan “Fala ma Soa” berubah menjadi Soa fala A dan B. Pada tingkat terakhir Soa Fala A dan Soa Fala B mengambil bentuk suau lembaga atau maksdnya dalam mana di tentukan keurunan A dan keturunan B. Kelanjutannya diucapkan Soa A, Soa B. Dimaksut keturunan keluarga A, keturunan keluarga B, dengan tata cara kehidupannya yang kemudian berkembang menjadi tata cara sekelompok masyarakat. Dari penjelasan singkat diatas dapat dikatakan bahwa Soa A adalah suatu persekutuan hukum, Soa B adalah suatu persekutuan hukum dan selanjunya, membentuk suatu persekutuan yang lebih besar.

Menciter kalimat “Anak mau saman jadi Moloku dan tuan sahabat menjadi Moloku Tobona dan Tuan Darajat menjadi Moloku Tubo, dapat dientukan bahwa pada mulanya hanya terdapat 3 (tiga) Soa yakni Soa Moloku, Soa Moloku Tobona dan Soa Moloku Tubo. Seperti telah disebutkan bahwa sesuai hukum adat bahwa pengangkatan kepala-kepala adat selalu harus dilihat dari Soa mana calon it berasal. Sampai kenyataan sekarang ini (menurut pengalaman penyusun) bahwa menempatkan seorang kepala adat baik di Ternate maupun di Halmahera selalu diinjau Soa Bapanya atau Sou Ibunya. Ini berarti bahwa zaman dahulu susunan masyarakat adalah “genealogis”. Karenanya adalah persekutuan hukum genealogis dam endogen. Sekareang ini dapat dikatakan bahwa Masyarakat Maluku Utara adalah pada umumnya persekutuan hukum genealogi territorial “disebabkan perpindahan keluarga-keluarga ke wilayah-wilayah lai dalam Maluku Utara

Minggu, 03 April 2011

Cheteck my Spirit

sebelumnya MAAF bagi teman-teman yang ga ngerti dengan bahasa Angel.

Anggella Singer

Kase kanal kita pe nama Anggella. North Moluccass adalah tampa putus pusar alias Tahah kelahiran.. mungkin sadiki asing di tamang-tamang p talinga tapi ini adalah satu Kota tertua di Indonesia bagian timur yang pernah dapa jajah oleh Portugis deng Belanda karna kaya rampa-rampa. ( yaacchh sekedar info saja buat teman-teman yang sempat buka blog ini).










TERNATE  ISLAND

  
Kedaton Kesultanan Ternate
BUKU BANDERA in the hill has stood the royal Sultan of Ternate.


Peta Hijau di Kepulauan Timur

Di pusat Kota Ternate sebelah utara menghadap Pulau “Panjang” Halmahera berdiri kokoh bangunan bersejarah Kedaton Ternate berlatar Gunung Gamalama; sebuah situs sejarah yang telah menjadi saksi atas banyaknya peristiwa penting yang terjadi di sebuah pulau paling diminati dunia sejak permulaan abad ke-15.


Berangkat dari keprihatinan akan banyaknya situs bersejarah di Kota Ternate yang tidak mendapat perhatian cukup dari berbagai kalangan utamanya generasi muda, semangat ingin menjejaki sejarah dan budaya dengan melihat lebih dalam ke kedaton mulai dilakukan. Diawali dengan workshop kecil-kecilan di penghujung Oktober, komunitas Greenmap Ternate akhirnya terbentuk. Kawasan kedaton adalah pilihan lokasi pemetaan pertama, tempatan yang memiliki sejarah mengglobal di masa lalu. Kawasan ini tidak hanya memuat bangunan kedaton, tapi termasuk di dalamnya pula terdapat beberapa situs penting, antara lain masjid kesultanan, Ngara Lamo (tempat pertemuan dewan adat), Benteng Naka, Sunyie Lamo (alun-alun), Air Sentosa (air keramat). Tidak hanya yang tangible (teraga); nilai-nilai yang dianut, ritual-ritual penting, serta hukum-hukum adat juga menjadi target pemetaan.

Dalam wawasan masyarakat Maluku Utara, Kedaton Ternate merupakan ekspresi dari kekayaan alam dan budaya Maluku Kie Raha berupa kearifan lokal, tradisi, pola hidup, dan adat istiadat. Keragaman, keunikan, dan keindahan itu tidak saja menjadi aset budaya masyarakat Maluku Utara namun juga masyarakat Indonesia yang sudah seharusnya dilestarikan untuk kemudian menciptakan pusaka masa depan. 

Upaya pengenalan kembali kawasan Kedaton Ternate dengan pendekatan participatory mapping (pemetaan partisipatoris) dapat diangap sebagai wujud kepedulian atas penurunan minat generasi muda dalam mempelajari sejarah Maluku Kie Raha. Menjejaki sejarah dan budaya Ternate melalui peta hijau tidak ditujukan untuk sekedar mengenali nama benda atau bangunan, tapi juga untuk menyadarkan bahwa di sekitar kita banyak bertaburan norma dan ajaran yang bernilai tinggi dan positif. Itulah kearifan yang masih bisa digunakan dalam menjalani kehidupan di masa mendatang; norma, ajaran, dan kearifan yang telah membentuk identitas masyarakat Maluku Utara. “Kesadaran sejarah”… mungkin itu yang kita perlukan saat ini.




ADAT TRADISI SARO-SARO & JOKO KAHA

Disini ada sedikit koleksi tentang adat-adat Ternate yang sempat angel back-up dari beberapa petuah Ternate. Dari sumber yang angel dapat ini ada  Makna Filosofis Tradisi Saro-Saro, Joko Kaha & Makan Adat Masyarakat Ternate (North Moluccass).
 (Kajian Deskriptif)


Saro-saro adalah suatu bentuk doa atau permintaan yang sifatnya ritual dan mengandung makna filosofis dalam tradisi kehidupan masyarakat Ternate, saat ini sering digelar saat upacara perkawinan. Saro-saro adalah permintaan atau doa yang tertuang dalam bentuk pangan yang saat ini disuguhkan pada saat perkawinan. Prosesi Saro-saro dilakukan oleh kaum ibu dari pihak ibu dan ayah kedua mempelai. Dalam bahasa Ternate disebut : Yaya se Goa (adat seatorang). Yang berarti pihak ibu dan ayah dari kedua mempelai turut bertanggung jawab terhadap kedua pasangan, sebelum dan sesudah pelaksanaan perkawinan. Ini juga sebagai awal perkenalan dan pertalian kekeluargaan antara dua belah pihak. 

Bentuk Pangan (Saro-Saro) dalam upacara perkawinan.
Bahan-bahan dalam bentuk pangan lengkap dalam suatu upacara Saro-Saro sebuah perkawinan terdiri dari :
1. Bubur Srikaya :
Terbuat dari telur ayam, gula, santan kelapa dan sari daun pandan. Filosofinya; Srikaya yang manis rasanya lembut dan enak, seperti manisnya budi pekerti yang diharapkan dari kedua mempelai.
2. Kobo (Ketupat Kerbau) : Berjumlah empat buah atau bias juga tiga buah. Filosofinya; Binatang kerbau yang kuat, rajin dan setia diharapkan menjadi sifat sang suami yang memikul tanggung jawab atas bahtera rumah tangganya.
 3. Nanasi (Ketupat Nanas) : Berjumlah empat atau tiga buah. Buah nenas yang lekuknya tertata rapi dan memiliki karakteristik megah dilengkapi mahkota, serta memiliki kulit yang tebal, memiliki duri, dan isinya yang sangat enak ini diharapkan menjadi sifat sang isteri yan setia menjaga rumah tangga, tahan dari godaan dan setia kepada sang suami.
4. Nasi Jaha atau yang dikenal dengan Pali-Pali sepuluh potong tersusun rapi di atas sebuah piring yang melambangkan kekuatan armada laut Ternate pada masa lampau yang selalu siaga siap tempur untuk mempertahankan kedaulatan negerinya.

5. Bubur Kacang Hijau (Gule-gule Tamelo) yang disajikan melambangkan kekayaan hasil pertanian masyarakat Ternate yang melimpah.
6. Ikan dan Terong yang diletakkan dalam sebuah piring, dimana kepala ikan dan tangkai terong menghadap ke kepala meja (arah pengantin). Melambangkan kehidupan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat adat Ternate. Ikan dan Terong ini biasanya disajikan dalam 4 jenis bumbu yang biasanya disebut dengan Doda Bonci, Doda Rica, Doda Acar dan Doda Kecap.
7. Boboto (sering juga disebut Boto-boto) yakni daging ikan yang dihancurkan kemudian dicampur telur dan dingkus daun pisang berukuran kecil, sebanyak 4 buah mengandung makna bahwa pada awal mula masyarakat di pulau Ternate dibawah kuasa empat Momole, sehinga di dalam satu paket makanan adat tersebut disajikan untuk empat orang, tidak boleh lebih atau tida boleh kurang.

8. Agi, (Sop Gulai) yang melambangkan kekayaan laut yang melimpah. 
 
 




Setelah Saro-saro dilanjutkan dengan prosesi  Joko Kaha atau Injak Tanah.
Biasanya rumput dicongkel beserta akarnya kemudian ditaruh diatas piring, dan diinjak menggunakan ujung jari kaki oleh kedua mempelai, saat diinjak ujung jari kedua mempelai disiram dengan airdari dalam wadah, yang mengandung filosofi, yakni :
1. Segenggam Rumput Fartago yang diletakan di atas sebuah piring yang melambangkan bumi dan tumbuh-tumbuhan di Moloku Kie Raha ini dijamah dan dijelajahi kedua mempelai.
2. Sebotol Air yang disiramkan pada kaki mempelai melambangkan air, sungai dan laut di Moloku Kie Raha pun dijelajahi oleh kedua mempelai.

 3. Pupulak yaitu beras yang diberi warna : putih, kuning, merah dan hijau yang melambangkan bermacam suku bangsa yang ada di Moloku Kie Raha, semoga menjadi sahabat dan kenalan bagi kedua mempelai.


Bentuk dan Jenis bahan Saro-Saro untuk acara cukur rambut bayi, Sunatan dan Khatam Qur’an juga berbeda, antaranya :
     1.   Bubur Sirikaya.
    2.   Ketupat Kobo.
    3.   Ketupat Nanasi.
    4.   Dan disertai bahan-bahan untuk Joko Kaha, seperti :
          a.   Rumput Fartago.
          b.   Sebotol Air Murni.
          c.    Beras Pupulak.
    5.   Adapun peralatan untuk cukur rambut bayi :

          a.   Pisau cukur atau Gunting rambut.
          b.   Cermin dan Sisir.
          c.   Air kelapa muda yang masih berada dalam buah kelapa muda yang telah dihiasi          warna-warni dan minyak wangi.

Sedangkan penganan untuk pelaksanaan cukuran rambut bayi atau sunatan anak, disuguhkan setelah para undangan yang terdiri dari keluarga, tetangga, imam-imam, dan pemuka adat tersebut selesai membacakan tahlil dan doa sukuran barulah disuguhkan makanan atatau kue-kue adat.
    Tujuan diadakan Saro-saro pada si bayi dan si anak pada waktu cukuran rambut dan sunatan, sekiranya si bayi atau si anak itu setelah dewasa pada proses perkawinannya (oleh karena kawin lari atau lainnya) sehingga kondisinya tidak bisa dilakukan prosesi Saro-saro maka tidak menjadi masalah lagi (karena beban adat) karena mereka telah melalui proses Saro-saro sewaktu masih bayi atau anak.
Bahan pangan pada Saro-Saro untuk acara Khatam Qur’an, terdiri dari : 
  1. Satu pohon Umbi Jahe (dari daun batang hingga akar) yang diletakan dalam sebuah cangkir berisi gula pasir.
2. Tebu yang diukir dan dihiasi bentuk burung, kapal terbang terakit rapi dalam beberapa bentuk rakitan.
3. Buah Jeruk yang disusun rapi dalam beberapa bentuk rakitan .
4. Buah Delima tersusun rapi dalam beberapa bentuk rakitan.
5. Pinang dan Sirih tercanang pada suatu rakitan dalam beberapa buah rakitan, dan
6. Batangan Rokok yang juga disusun dalam bentuk beberapa rakitan.

           Setelah si anak baru Khatam Alquran dilaksanakan pembacaan ayat suci Al-Qur’an di depan para undangan yang hadir dan setelah selesai disertai dengan doa lalu si anak yang bersangkutan disaro dengan menyuguhkan jahe yang bergula pasir itu untuk dikunyah yang bersangkutan. Pengertiannya; rasa pedasnya jahe adalah rasa si anak sewaktu ditempa dalam mempelajari membaca Al-Qur’an, namun setelah khatam perasaan si anak tersebut seperti gula tebu. Buah jeruk dan buah delima adalah juga gambaran perasaan si anak tersebut. Sedangkan pinang, sirih dan rokok adalah kesukaan orang tua.
      Setelah si anak tersebut disaro dengan jahe dan gula, maka dibacalah doa selamat. Kemudian tebu, jeruk, delima, pinang, sirih dan rokok dibagi-bagikan oleh para pelaksana khatam Quran itu kepada undangan yan hadir termasuk kepada penonton yang turut menyaksikan jalannya acara tersebut. Kemudian setelah itu barulah para pelaksana undangan dan tamu disuguhkan dengan makanan adat sesuai keadaan pelaksanaan khatam.
      Demikianlah sekedar penjelasan pelaksanaan saro-saro di kalangan masyarakat adat Ternate, khususnya (pada klan Soa-Sio, Sangaji, Heku dan Cim)
Catatan : Empat buah Kobo dan empat buah Ketupat Nanas untuk Soa Sio dan Sangaji. serta tiga buah Kobo dan tiga buah Nanas untuk Heku dan Cim.