PERUBAHAN BEBERAPA NILAI – NILAI HIDUP
DI MASYRAKAT MALUKU UTARA KHUSUSNYA TERNATE
ZAMAN BELANDA - ZAMAN SULTAN USMAN ( 1902 – 1913 )
Peraturan adat di pegang teguh (Sultan Usman )
1. Harus memakai Pakaian Adat bila masuk Kedaton
2. Harus berbicara dengan sopan santun terhadap yang lebih tua umurnya
3. Berbicara dengan Sultan dan kerabatnya tidak boleh dilupakan ”Suba Jou ”
4. Basa – basi dalam menyapa bila bertemu dengan siapa saja dalam perjalanan umpamanya, mau ke mana? Jawabnya mau ke sana ke pasar dan sebagainya. Jadi bukan selamat pagi Pak atau Ibu.
5. Makan di para – para dengan sopan santun tanpa sendok, garpu, hanya yang digunakan setelah tangan dan jari - jarinya dicuci sebelum makan. Kalau selesai makan boleh berdahak sekerasnya sambil menyebut Alhamdulillah tanda puas dengan makanan yang enak di santapnya. Selesai makan biasanya mengorek sisa- sisa makanan dengan tusuk gigi ( lidi ) dalam mulut.
Perilaku yang tidak sopan.
Dalam satu pertemuan jika ada yang mau buang angin ( kentut ) harus keluar dari ruangan tersebut, demikian juga jika mau mengeluarkan lendir dari dalam kerongkongan. Bila roheka dalam pertemuan, harus menyingkir dari tempat tersebut.
Bila mau menyindir orang berbicara biasanya dengan memakai pantun Doro Bololo.
Bila bepergian sekeluarga untuk bertamu atau bersilaturahmi; bapak ( ayah )berjalan di depan, ibu dan atau istri berjalan di belakangnya. Anak perempuan berjalan dekat ibu ( dibelakang ), lelaki berjalan dekat ayah (dibelakang). Bila tiba di rumah yang dituju seruan Assalamu alaikum, Suba Jou, tabea diperdengarkan. Bila mohon diri selesai bertamu juga disebut Assalamu alaikum.
Pacaran adalah ” tabu ” dan harus ada yang menemaninya atau mengantarnya kemana perempuan itu mau pergi..
Biasanya orang tua mencari jodoh anak – anak mereka dengan segala konsekuensinya. Kawin harus seagama, Islam dengan Islam, Kristen dengan Kristen dan sebagainya. Belum lagi di masyarakat Arab, Said harus kawin dengan Syarifah dan sebagainya. Walaupun sama – sama Islam, Said dan Syarifah di larang kawin dengan pribumi di Maluku Utara karena turunan Ahlulbait.
Bila bergaul, perempuan dengan perempuan, lelaki dengan lelaki, khususnya untuk yang beragama Islam. Yang non Islam ada aturan untuk perkawinan seperti yang pangkat adik tidak boleh dengan kakak atau pangkat anak dengan paman atau bibinya. Tapi dalam pergaulan biasanya penyimpangan – penyimpangan selalu ada, kalau tidak cocok dengan pilihan orang tua, ya, kawin lari.
Di Maluku Utara khususnya Ternate ada rumah panggung ” Fala Gaku ” dan rumah biasa non panggung yang disebut ” Fala Kancing. ”
Jika si A dari kampong B menikah dengan si C dari kampong D, selesai pernikahan fala kancingnya dari wanita di pindahkan ke kampung pengantin pria atau atas persetujuan bersama bisa terjadi sebaliknya.
Kalau ada yang sudah melahirkan ditanyakan, Saloi atau Paludi ( di Halmahera ) artinya anaknya lelaki atau perempuan. Dalam perkawinan orang – orang Galela, Tobaru ada mas kawinnya, kalau perkawinan di setujui oleh kedua belah pihak. Kadang ini dianggap berat oleh orang tua si A atau si B, jadi orang memilih kawin lari untuk menghindari mas kawin tersebut. Kadang bisa berakhir dengan perang suku.
Di Ternate kalau kawin tanpa persetujuan orang tua berarti harus menghilang dari pandangan kedua orang tua. Pengantin tersebut entah pindah ke daerah lain, pokoknya jauh dari orang tua. Ada yang di kutuk kedua orang tua pengantin. Walaupun dapat berbaikan kembali kalau sudah ada anak – anak dan cucunya.
Wanita remaja kalau bertemu pria tidak boleh saling memandang mata atau bertemu mata ( orang Islam ). Kalau non Islam tidak ada soal.
PENGARUH PEMERINTAH BELANDA / EROPA
Di sekolah Belanda kita diajarkan selain Pelajaran Bahasa Belanda, berhitung, membaca dan sebagainya. Juga diajarkan nyanyian Belanda yang berdasarkan rasa patriotik Belanda dan lagu – lagu gereja. Kalau masuk sekolah murid - murid mengucapkan ”Goede Morgen Meneer Markus” ( selamat pagi Pak Markus )harus menyebutkan nama gurunya. Tidak sopan kalau tanpa menyebut nama gurunya. Bila saling berkenalan, harus saling berjabatan tangan sambil menyebut nama masing – masing umpamanya, ”Syirk Van Der Goot” atau ”Karel Van Doren”, ”Rieke Huygens”, ”Yet Gang” Marie Van Der Kroef ( 1930 – 1940 ). Kalau berbicara yang sopan dengan lawan bicara disebut U ( kamu, engkau yang sopan dalam Bahasa Indonesia Bapak atau Ibu ). Kalau bertanya nama orang ” Hoe heet U ? ” kalau kasar, Hoe heet je ?.
Setelah tahun 1950 keatas tata krama dalam pergaulan berobah khusus, di Holland, bila memanggil ayahnya, disebut namanya umpamanya, Meneer Dick Van Dick di panggil Dick / oleh anak – anaknya. Kalau bertemu kenalan dijalan hanya ” hallo” yang disebut. ( 1970 – 1992 ) Di Belanda kalau bertemu dengan orang yang tidak dikenal, cuek saja ( didiamkan saja ). Di Ternate juga demikian.
Kalau mau bertanya nama orang umpamanya yang tinggal dijalan ” Heren straat ” kalau mau memanggil orangnya, hanya dengan hallo saja ( yang kurang sopan ). Yang sopan adalah ” Ekskuseer me, waar woont Meneer Van Der Laan ?
Bila bertemu dalm pesta harus memperkenalkan diri ” Ik ben Meneer ten Cate atau Meneer Rosenberg, dan yang lawan bicara boleh menyebut namanya juga atau mengatakan ” Aangenaam ” senang berkenalan denganmu ( bapak atau ibu ).
Mengenai tata cara makan, di rumah sendiri dan atau di rumah orang lain, ada etiket bersantap. Di sediakan piring – piring, sendok – sendok + garpu – garpu + pisau – pisau, servet, tanpa tempat cuci tangan, karena orang barat hanya makan dengan sendok dan garpu. Sebelum mulai makan biasanya yang punya rumah mengatakan ” selamat makan ” ” ( smakelijk eten ) !” yang dijawabnya yang sama oleh tamu. Kalau orang taat beragama Protestant atau Khatolik, biasanya mereka membaca doa ( Protestant ), yang beragama Khatolik, mereka membuat tanda salib sambil berdoa sebelum makan. Dari yang hadir di meja makan, diharapkan menunggu samapai doa mereka selesai, kemudian mengatakan ” smakelijk eten ”
Untuk keluarga yang sederhana di mulai dengan ” soup ” kemudian dalam satu piring di ambil 2 kentang kecil, sepotong beef steak, 2 wortel, 1 sendok kol, dan buncis 1 sendok makan. Selesai makan bisa disuguhi dengan pudding yang dibubuhi vla, atau caramel pudding, citroen pudding + vla dan sebagainya. Sambil makan boleh bercakap – cakap. Dianggap tidak sopan kalau berdahak ” boeren ” dengan suara keras. Atau minta disampaikan dengan makanan yang terletak agak jauh dari tempat kita duduk. Tidak sopan kalau tangan kita memotong didepan orang lain untuk mengambil makanan yang diinginkan. Mohon dari teman yang duduk di samping lauk – pauk yang di inginkan.
Biasanya selesai makan yang punya rumah menawarkan secangkir kopi atau kopi susu. Susu dan gula dicampur sendiri bila mau minum kopi, dan ada yang pindah ke ruang lain untuk meminum kopinya.Dan kalau ada buah – buahan seperti buah apel, buah pear, buah kiwi, anggur dan sebagainya biasanya disediakan pada acara minum kopi. Kalau dirumah orang Perancis disediakan bermacam keju. Kalau diadakan makanan a’la banguet berarti kita hanya mengambil sendok garpu, lalu mengambil makanan dari meja panjang di mana makanan sudah di sediakan kita dapat memilih sendiri. Tapi kalau di restoran kita mau pesan makanan yang kita sukai dari daftar makanan itu disebut ” a’la carte. ” Pada pesta perjamuan tamu agung formasi ” bestek ” di meja panjang untuk tamu agung lebih rumit lagi. Bestek artinya piring –piring besar, kecil, sendok, garpu, pisau dalam bentuk besar dan kecil, gelas minum, bier, wine dan sebagainya, cangkir, kopi, teh, tempat gula, susu, teko untuk tempat kopi, the disediakan tersendiri. Disediakan orang – orang khusus untuk membantu tamu – tamu agung. Dengan pandangan mata kepada pembantu ( kelner, ober ) adalah pertanda aba – aba supaya pembantu datang ke tempat tamu agung tersebut sambil mengucapkan ” ken ik u helpen meneer, ” atau ” can help you, sir ! ” jadi tidak perlu memanggil dengan lambaian tangan. Semua orang yang ikut membantu dalam perjamuan tamu agung sudah hafal diluar kepala mengenai tapel mameren – ettiguette table manner dan sebagainya sesuai protocolail tamu agung.
PENDIDIKAN DI TERNATE ( 1950 – 1960 )
Pada tahun 1945 – 1946 sudah didirikan sekolah SMP ( MULO ) disamping SR atau SD kemudian ditambah pada tahun 1960 dengan SMA, SMEA dan lain – lain. Tahun 1936 pengaruh Belanda di Halmahera ( Galela – Tobelo ) Misi Zending ( Kristen Protestant ) masih gencar melakukan dakwahnya.
PENGARUH BELANDA DALAM NILAI – NILAI SOSIAL, EKONOMI DAN AGAMA
Agama – agama Islam di tekan khususnya di luar Ternate. Di Ternate ada Gereja Ayam ( Protestant ), Gereja Katolik, Temple Budha ( Toa Pek Khong ), mesjid Sultan dan Mesjid Arab dan lain – lain.
Sekolah – sekolah ada yang berbasis agama Kristen, Taman Siswa, Kong Hu Chu, dan Islam ( Bahasa Arab ).
Yang bersekolah di ELS ( SD ) diajar tata cara bergaul dengan orang Europa bebas bergaul dengan semua orang yang masuk sekolah ELS. Yang masuk ELS adalah anak dari seorang Kapita Cina, Arab, kapita orang – orang Jepang, Pegawai Kantor Pemerintah ( Ambon, Menado yang beragama Kristen ) dan anak – anak Sultan. Kalau anak Sangadji, Jogugu dan lain – lain, merek bersekolah di HIS ( Bahasa pengantar Bahasa Melayu ) dan harus belajar Bahasa Belanda. Ada yang bisa berbahasa Belanda selesai sekolah ( SD ) HIS. Pada tahun 1936 sudah ada Volkschool dan Sekolah Dasar ( 3 tahun ).
Kalau di tahun 1915 orang masih bersalaman dengan ” Suba Jou ” atau Assalamu alaikum Wr. Wb. Pada tahun 1927 – 1936 orang sudah biasa bersalaman dengan selamat pagi dan seterusnya, khususnya yang tinggal di kota . Di desa masih Assalamu alaikum / Suba Jou. Dalam berkenalan ada yang sambil memegang tangan untuk pria dan wanita. Tapi diantara Muslim masih berlaku Assalamu alaikum Wr. Wb atau Tabea tanpa pegang tangan. Untuk keluarga Muslim anak – anak masih mendapat Pelajaran Pengajian di rumah masing – masing. Di samping berpuasa, bertarawih, mengeluarkan Zakat pada hari Idul Fitri, Idul Adha dan lain – lain yang diikuti oleh keluarga Muslim..
Kakek saya melarang anak – anaknya bersekolah Belanda dan belajar menulis huruf Latin mereka hanya mengaji dan mempelajari membaca dan menulis dalam huruf Arab ( 1910 – 1914 ).
Setelah Beliau di buang ke Bandung gara – gara Banau kemudian 3 anaknya di tangkap yaitu Djabir, Icthtirajurahman dan Nasir. Lalu di muat ke kapal menuju Batavia ( Jakarta sekarang ), keluarga dekat dan istrinya ditinggalkan di Ternate. Sesudah Sultan Usman pergi dari Ternate, banyak dari keluarga Kesultanan Ternate menyingkir ke Halmahera untuk bercocok tanam di sana. Sebagian juga untuk menghindari pajak.
Anak Sultan Djabir bergaul bebas dengan orang – orang Cina, Arab, Belanda dan disiplin belajar diajarkan pada anak –anak Sultan umpamanya ada waktu belajar, main, istirahat ini yang diterapkan oleh Sultan Djabir pada anak – anaknya. Ada yang ikut pramuka, ada yang belajar musik ( piano ) ada pelajaran menyanyi di sekolah ELS dan HIS. Kalau di sekolah Arab di ajarkan lagu – lagu Qasidah.
Sekali setahun sebelum Tahun Baru Cina ( cap go me ), di Ternate biasanya diadakan Pesta ” Kereta Cina. ” Saya pernah diundang naik kereta Cina pada malam hari bersama Moutje Yap anaknya atau cucunya Tuan Yap Leng ( orang Cina kaya di Ternate ). Tahun 1938 pada malam terakhir disebut kereta Cina mau mengambil buah – buahan.
Pernah diadakan pesta dimana ibu – ibu mengenakan pakaian Cina, Jepang dan Europa dan lain – lain untuk lomba dansa semacam Ballroom dance ( costume dance ) kemudian mereka berdansa di Societeit Minerva.
Setelah dalam berdakwah diantara ketegangan Kristen dan Islam ( Orang Adat ) di Halmahera ( Tobelo, Galela ). Kemudian pada tahun 1924 timbul organisasi PKI. Dan yang jadi anggota – anggotanya PKI adalah antara lain Imam – imam di mesjid Sultan dan beberapa Keluarga Sultan. Sepertinya mereka tidak perduli dengan ideologi PKI yang anti Tuhan. Pokoknya ada organisasi yang anti Belanda semua malah mau ikut.
Sekolah Taman Siswa didirikan kira – kira pada tahun 1936 Pak Soeryadi yang jadi Kepala Sekolah, tujuannya untuk mengajar rasa nasionalis dan persatuan bangsa, murid- murid. Kemudian orang – orang Jepang mulai berdatangan bertambah banyak. Ada yang bercocok tanam di Halmahera, ada yang membuat ikan kayu ± 1936 yang kemudian diberikan kepada tentara Jepang pada waktu mereka mendarat di Ternate 8 Januari 1942. Rupanya mereka sudah membuat rencana yang tepat untuk berperang di Pasifik. Rakyat Maluku Utara punya pohon pala, pohon kelapa, dan pohon cengkeh. Dari ketiga kategori tumbuh – tumbuhan tersebut mereka mencoba bertahan hidup selama berabad – abad lamanya, kecuali mereka yang bekerja di kantor pemerintah, yang mendapat gaji tetap. Rakyat Maluku Utara tidak hidup berlebihan tapi juga bukan dikategorikan sebagai orang miskin ( seperti di Jawa ). Mereka yang punya kebun cengkeh, pala dan kelapa yang luas bisa menjadi orang kaya kalau diatur dengan baik. Jadi keadaan ekonomi rakyat dapat bertahan selama zaman Belanda, Jepang dan Republik. Yang berobah adalah mencari pasaran pada penguasa yang berbeda ideologinya.
Tujuan Bangsa Belanda adalah membeli cengkeh, pala semurah mungkin dan menjual dengan untungnya yang besar, memperluas Kristianisasi, menekan hidup orang – orang Islam dan di bidang politik di implementasikan politik devide et empera, menghasut sultan – sultan supaya saling bermusuhan dan Belanda bisa memerintah dengan mulus. Ikut campur dalam menentukan Sultan – Sultan yang dapat bekerja sama dengan mereka ( Sultan boneka ).
Sebelum Jepang mendarat, kita yang tinggal di kota Ternate diadakan latihan menghindari pengaruh suara bom yang bisa membuat orang jadi tuli dan orang Belanda mengumpulkan panci – panci aluminium yang nanti di kirim ke Belanda untuk membuat pesawat terbang di pabrik Fokker Nederland.
Pengaruh Bangsa Jepang khususnya di bidang militer ialah mengadakan kadernisasi di bidang militer yaitu Heiho ( tentara Indonesia yang bantu tentara Jepang ), mendidik anak anak dengan olah raga, belajar bahasa Jepang. Sopan santun Jepang adalah tidak boleh salah memberi hormat pada tentara dan orang – orang Jepang. Mengumpul hasil makanan ( kasbi, pisang, batata, sagu ) dan lain – lain untuk tentara Jepang, dan juga menangkap ikan untuk tentara Jepang dan sebagainya.
Dikumpul wanita – wanita penghibur untuk tentara – tentara Jepang yang dimasukkan ke rumah panjang ( demikian istilah orang – orang Ternate ). Ada beberapa orang Ternate yang di siksa, ada yang di tembak mati. Karena dianggap mata – mata musuh.
Sewaktu orang orang Maluku Utara ( Halmahera ) bekerja di lapangan terbang Skojo di Kao juga ada di antara mereka membawa harta karun yang di rampok dari penduduk wanita Ternate diambil( kalung emas, cincin kawin emas, anting emas dan gelang emas ), kalau dari pria cincin kawin emas atau cincin emas lainnya dan arloji pria.
Dalam pergaulan dengan tentara Jepang dan Pegawai Pemerintah Sipil orang Jepang, dapat dikatakan tidak begitu mulus. Orang – orang Ternate yang bekerja di kantor Pemerintah Jepang boleh mendapat coupon untuk membeli beras, bahan untuk baju, kecap, ba’mi, bihun dan lain – lain. Itupun berlaku hanya ± 3 bulan sesudah mereka mendarat di Ternate. Setelah itu tidak ada pembagian pembelian makanan melalui toko – toko yang di tunjuk oleh Minsebu kantor Jepang
Semula rakyat Ternate menyangka bahwa orang Jepang itu sebaik orang Cina atau orang asing lainnya yang ada di Ternate. Tapi setelah banyak penduduk dipukuli oleh penjaga tentara Jepang di depan Fort Orange, orang mulai berpikir dua kali untuk bersosialisasi dengan mereka. Walaupun diantara tentara dan pegawai Jepang ada yang berperilaku baik terhadap sebagian orang Ternate, tapi orang Ternate lebih baik berhati – hati dan jaga jarak. Kemudian ditambah lagi dengan penangkapan nona – nona manis dengan alasan yang tidak jelas. Ibu – ibu kemudian melarang anak – anak perempuan mereka untuk keluar rumah seorang diri, dan harus ada yang mengantarnya.
Ada juga kasus – kasus untuk saling menghasut yang pro Belanda di tangkap dan di siksa, dimasuk ke penjara tanpa proses verbal. Yang pro Jepang di sanjung setinggi langit. Walaupun Tentara Jepang mengambil perhiasan – perhiasan penduduk Ternate, mereka tidak pernah mengambilnya dari penghuni di dalam kedaton kecuali kalau mereka pergi ke pasar.
Kalau di zaman pemerintahan Belanda ada yang bisa bergaul dengan orang Belanda, dengan Pegawai Negeri khususnya pada tingkat anak Sultan Vreemde Oosterlingen ( orang – orang asing ), orang Cina, anak – anak Kapitan Cina, Kapitan Arab, Anak – anak Sangadji, mereka yang masih ada hubungan dengan Kesultanan Tidore, Bacan dan Ternate umpamanya keluarga Fabanyo, Keluarga Iskandar Alam, Kamarullah, Keluarga Soleman di Ternate ( Distrik Hoofd ) dan sebagainya.
Status penghuni Maluku Utara Ternate ( 1913 – 1942 ) terdiri atas :
1. Orang – orang Belanda Totol ( orang – orang Belanda yang belum pernah bergaul dengan orang – orang Melayu ( pribumi ), belum pernah datang di Indonesia pada waktu itu ).
2. Orang – orang Belanda Indo(Belanda yang sudah kawin dengan orang Indonesia )
3. Orang – orang Menado Pegawai / tentara Kristen
4. Orang – orang Ambon Pegawai / tentara
5. Orang – orang Arab
6. Orang – orang Cina
7. Orang – orang Jepang Vreemde Oosterlingen
8. Orang – orang Punjab
9. Orang Tamil
10. Orang Adat Kristen
11. Orang Adat Islam
12. Suku Jawa
13. Suku Bugis
14. Suku Makassar
Dari 1 s/d 4 adalah orang – orang pilihan
Dari 5 s/d 8 adalah yang berstatus sosial baik
Dari 9 ke bawah adalah yang berstatus tidak baik
Pernah tertulis di papan sebagai Pengumuman di kolam renang Cikini ( 1938 ) waktu Ayah dan Ibu saya ke Batavia, Verboden Voor Islamieten En Honden, Masya Allah kedua orang tua saya langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
Orang Islam yang non pemerintah dan orang adat Kesultanan Ternate di anggap tidak bernilai. Hampir semua orang yang masuk ke Ternate ( Maluku Utara ) harus ada izin dari Sultan Ternate.
Tapi ada satu kasus yang menggelikan dan aneh dari sudut agama Kristen. Mereka yang beragama Kristen Protenstant lebih dapat diterima dari pada mereka yang beragama Katolik . Pada suatu waktu ada permohonan dari Uskup Batavia mohon untuk dakwah agama Kristen Katolik di Ternate ( Maluku Utara ) dan Sultan Ternate memberi izin. Gubernur orang Belanda marah – marah dan tidak setuju, tapi kemudian Sultan Ternate mengatakan didalam Negara demokrasi seperti Belanda kan ada juga agama Katolik yang exist, Gubernur Belanda diam. Kemudian pada 1945 – 1946 datang permohonan dari mereka yang beragama Pantekosta. Mereka juga diizinkan masuk. Jadi di Ternate sudah ada Gereja Protestant, Gereja Katolik, Gereja Pantekosta, Temple Toa Peh Khong dan lain – lain. Gereja Advent kemudian baru masuk pada tahun 1950 / 1960.
Demikian keadaan agama – agama di Ternate. Dari sudut agama Islam ada Islam Maluku Utara, Ada Islam Muhammadiyah, kemudian datang Islam NU. Sekarang pada Tahun 2000 datang lagi Islam Fundamentalist sama seperti dalam agama Kristen Fundamentalist. Jadi sudah ramailah perkembangan agama di Ternate dan Maluku Utara. Bagaimana implementasi dan pengaruhnya itu lain soal lagi.
Di zaman Jepang 1942 mula – mula lagu Indonesia Raya dikumandangkan disekolah – sekolah tapi ± 3 bulan kemudian lagu – lagu Indonesia Raya menghilang hanya lagu Kimigayo yang di kumandangkan di sekolah – sekolah ( Lagu Kebangsaan Jepang ). Pelajaran di sekolah terdiri atas pelajaran Bahasa Jepang, menyanyi Lagu Jepang.
Anak – anak di suruh mengumpul pohon kanikir ( kelereng ) dalam waktu pelajaran terakhir.
Di pagi hari setelah upacara penghormatan Bendera Jepang kemudian mendapat pelajaran olah raga, pelajaran geography, pelajaran sejarah, pelajaran ilmu flora dan fauna dan pelajaran ilmu kesehatan tidak ada.
Kadang pada pesta Teno Heika, anak – anak di suruh berbaris ke rumah Minseibu ( Bupati ) untuk mengikuti upacara disana. Kalau kebetulan ada pesawat terbang musuh berdengung semua anak – anak harus tiarap atau masuk lobang perlindungan. Jadi hidup di Ternate sudah menjadi hidup bervivere Pericoloso ( menyerempet bahaya ).
Setelah ada permohonan dari orang tua murid baru anak – anak di liburkan tapi guru – guru harus hadir walaupun sebagian murid – murid tidak masuk, khususnya anak – anak kecil SD kelas 1,2,3. Hal ini terjadi pada tahun 1942 bulan Oktober ( 17 Okotober 1942 ).
Setelah pemboman tersebut banyak orang mengungsi. Pemboman yang dasyat oleh sekutu di mana kira – kira 5000 / lebih orang meninggal dunia. Yang paling parah ialah di kampung Cina, kampung Palembang dan dibelakang Benteng Orange sampai di rumah Resident ( sekarang kantor Gubernur 2007 ) dan jalan Monunutu.
Pada bulan – bulan pertama setelah pendaratan Tentara Jepang orang Kristen masih diperbolehkan pergi ke Gereja dan Orang Islam ke Mesjid. Tapi kira – kira 3 bulan kemudian atau setelah pemboman Oktober 1942 semua kegiatan keagaaman dilarang termasuk nelayan yang melaut untuk mencari ikan.
Di Ternate kadang – kadang ada ibu – ibu yang jalan ke pasar dengan sarong yang menutupi kepala sampai di kaki hanya kedua mata yang kelihatan. Itupun kemudian dilarang dengan alasan dapat menjadi mata – mata musuh.
Pada permulaan tahun 1945 seluruh orang – orang di Ternate sudah pergi mengungsi, begitu juga keluarga Sultan Ternate Ada yang mengungsi ke Halmahera, di hutan. Di Ternate di hutan masih ke gunung Ternate, Dan dimana - mana terdapat mata – mata orang Jepang. Juga di dekat rumah keluarga Sultan Ternate, dari mulai Bola, Sabia, Buku Konora, Buku Bendera, dan Kolo - Odi. Batu Angus adalah tempat – tempat dimana Headquarter tentara Jepang. .
Biasanya orang – orang Ternate yang bekerja di Kepolisian Jepang yang memata – matai Keluarga Sultan Ternate. Mereka menutupi diri dengan sarong hitam. Pada hari malam akhirnya Keluarga Sultan Ternate dapat lolos pergi ke Pulau Hiri. Kemudian setelah berperang dengan orang – orang Jepang yang memburu Keluarga Sultan Ternate ke Pulau Hiri, Keluarga Sultan Ternate, akhirnya dapat berangkat ke Morotai dengan P.T Boat. Setibanya di Morotai pada malam hari satu kapal terbang Jepang mau datang membom Pulau Morotai, tapi belum sempat membom Pesawat Jepang itu sudah di tembak jatuh. Setelah di Crossing dengan ”searchlight” sehingga mata pilotnya menjadi silau lalu pesawat di tembak sehingga dapat terjun bebas ke dalam laut.
Demikianlah setelah satu atau dua malam kita menginap di Morotai, besoknya kita berangkat ke Australia.
Demikianlah yang dapat saya informasikan mengenai keadaan di Maluku Utara di waktu lampau ( 1936 – 1945 ).( 1945 – 1950 ) Dari tahun 1949 saya pergi ke Batavia. Tahun Untuk melanjutkan sekolah di Kweekschool Santa Maria
Catatan mengenai 1910 dan sebagainya adalah hasil dialog dengan kakek, nenek, paman, bibi, ibu dan ayah saya.
DI MASYRAKAT MALUKU UTARA KHUSUSNYA TERNATE
ZAMAN BELANDA - ZAMAN SULTAN USMAN ( 1902 – 1913 )
Peraturan adat di pegang teguh (Sultan Usman )
1. Harus memakai Pakaian Adat bila masuk Kedaton
2. Harus berbicara dengan sopan santun terhadap yang lebih tua umurnya
3. Berbicara dengan Sultan dan kerabatnya tidak boleh dilupakan ”Suba Jou ”
4. Basa – basi dalam menyapa bila bertemu dengan siapa saja dalam perjalanan umpamanya, mau ke mana? Jawabnya mau ke sana ke pasar dan sebagainya. Jadi bukan selamat pagi Pak atau Ibu.
5. Makan di para – para dengan sopan santun tanpa sendok, garpu, hanya yang digunakan setelah tangan dan jari - jarinya dicuci sebelum makan. Kalau selesai makan boleh berdahak sekerasnya sambil menyebut Alhamdulillah tanda puas dengan makanan yang enak di santapnya. Selesai makan biasanya mengorek sisa- sisa makanan dengan tusuk gigi ( lidi ) dalam mulut.
Perilaku yang tidak sopan.
Dalam satu pertemuan jika ada yang mau buang angin ( kentut ) harus keluar dari ruangan tersebut, demikian juga jika mau mengeluarkan lendir dari dalam kerongkongan. Bila roheka dalam pertemuan, harus menyingkir dari tempat tersebut.
Bila mau menyindir orang berbicara biasanya dengan memakai pantun Doro Bololo.
Bila bepergian sekeluarga untuk bertamu atau bersilaturahmi; bapak ( ayah )berjalan di depan, ibu dan atau istri berjalan di belakangnya. Anak perempuan berjalan dekat ibu ( dibelakang ), lelaki berjalan dekat ayah (dibelakang). Bila tiba di rumah yang dituju seruan Assalamu alaikum, Suba Jou, tabea diperdengarkan. Bila mohon diri selesai bertamu juga disebut Assalamu alaikum.
Pacaran adalah ” tabu ” dan harus ada yang menemaninya atau mengantarnya kemana perempuan itu mau pergi..
Biasanya orang tua mencari jodoh anak – anak mereka dengan segala konsekuensinya. Kawin harus seagama, Islam dengan Islam, Kristen dengan Kristen dan sebagainya. Belum lagi di masyarakat Arab, Said harus kawin dengan Syarifah dan sebagainya. Walaupun sama – sama Islam, Said dan Syarifah di larang kawin dengan pribumi di Maluku Utara karena turunan Ahlulbait.
Bila bergaul, perempuan dengan perempuan, lelaki dengan lelaki, khususnya untuk yang beragama Islam. Yang non Islam ada aturan untuk perkawinan seperti yang pangkat adik tidak boleh dengan kakak atau pangkat anak dengan paman atau bibinya. Tapi dalam pergaulan biasanya penyimpangan – penyimpangan selalu ada, kalau tidak cocok dengan pilihan orang tua, ya, kawin lari.
Di Maluku Utara khususnya Ternate ada rumah panggung ” Fala Gaku ” dan rumah biasa non panggung yang disebut ” Fala Kancing. ”
Jika si A dari kampong B menikah dengan si C dari kampong D, selesai pernikahan fala kancingnya dari wanita di pindahkan ke kampung pengantin pria atau atas persetujuan bersama bisa terjadi sebaliknya.
Kalau ada yang sudah melahirkan ditanyakan, Saloi atau Paludi ( di Halmahera ) artinya anaknya lelaki atau perempuan. Dalam perkawinan orang – orang Galela, Tobaru ada mas kawinnya, kalau perkawinan di setujui oleh kedua belah pihak. Kadang ini dianggap berat oleh orang tua si A atau si B, jadi orang memilih kawin lari untuk menghindari mas kawin tersebut. Kadang bisa berakhir dengan perang suku.
Di Ternate kalau kawin tanpa persetujuan orang tua berarti harus menghilang dari pandangan kedua orang tua. Pengantin tersebut entah pindah ke daerah lain, pokoknya jauh dari orang tua. Ada yang di kutuk kedua orang tua pengantin. Walaupun dapat berbaikan kembali kalau sudah ada anak – anak dan cucunya.
Wanita remaja kalau bertemu pria tidak boleh saling memandang mata atau bertemu mata ( orang Islam ). Kalau non Islam tidak ada soal.
PENGARUH PEMERINTAH BELANDA / EROPA
Di sekolah Belanda kita diajarkan selain Pelajaran Bahasa Belanda, berhitung, membaca dan sebagainya. Juga diajarkan nyanyian Belanda yang berdasarkan rasa patriotik Belanda dan lagu – lagu gereja. Kalau masuk sekolah murid - murid mengucapkan ”Goede Morgen Meneer Markus” ( selamat pagi Pak Markus )harus menyebutkan nama gurunya. Tidak sopan kalau tanpa menyebut nama gurunya. Bila saling berkenalan, harus saling berjabatan tangan sambil menyebut nama masing – masing umpamanya, ”Syirk Van Der Goot” atau ”Karel Van Doren”, ”Rieke Huygens”, ”Yet Gang” Marie Van Der Kroef ( 1930 – 1940 ). Kalau berbicara yang sopan dengan lawan bicara disebut U ( kamu, engkau yang sopan dalam Bahasa Indonesia Bapak atau Ibu ). Kalau bertanya nama orang ” Hoe heet U ? ” kalau kasar, Hoe heet je ?.
Setelah tahun 1950 keatas tata krama dalam pergaulan berobah khusus, di Holland, bila memanggil ayahnya, disebut namanya umpamanya, Meneer Dick Van Dick di panggil Dick / oleh anak – anaknya. Kalau bertemu kenalan dijalan hanya ” hallo” yang disebut. ( 1970 – 1992 ) Di Belanda kalau bertemu dengan orang yang tidak dikenal, cuek saja ( didiamkan saja ). Di Ternate juga demikian.
Kalau mau bertanya nama orang umpamanya yang tinggal dijalan ” Heren straat ” kalau mau memanggil orangnya, hanya dengan hallo saja ( yang kurang sopan ). Yang sopan adalah ” Ekskuseer me, waar woont Meneer Van Der Laan ?
Bila bertemu dalm pesta harus memperkenalkan diri ” Ik ben Meneer ten Cate atau Meneer Rosenberg, dan yang lawan bicara boleh menyebut namanya juga atau mengatakan ” Aangenaam ” senang berkenalan denganmu ( bapak atau ibu ).
Mengenai tata cara makan, di rumah sendiri dan atau di rumah orang lain, ada etiket bersantap. Di sediakan piring – piring, sendok – sendok + garpu – garpu + pisau – pisau, servet, tanpa tempat cuci tangan, karena orang barat hanya makan dengan sendok dan garpu. Sebelum mulai makan biasanya yang punya rumah mengatakan ” selamat makan ” ” ( smakelijk eten ) !” yang dijawabnya yang sama oleh tamu. Kalau orang taat beragama Protestant atau Khatolik, biasanya mereka membaca doa ( Protestant ), yang beragama Khatolik, mereka membuat tanda salib sambil berdoa sebelum makan. Dari yang hadir di meja makan, diharapkan menunggu samapai doa mereka selesai, kemudian mengatakan ” smakelijk eten ”
Untuk keluarga yang sederhana di mulai dengan ” soup ” kemudian dalam satu piring di ambil 2 kentang kecil, sepotong beef steak, 2 wortel, 1 sendok kol, dan buncis 1 sendok makan. Selesai makan bisa disuguhi dengan pudding yang dibubuhi vla, atau caramel pudding, citroen pudding + vla dan sebagainya. Sambil makan boleh bercakap – cakap. Dianggap tidak sopan kalau berdahak ” boeren ” dengan suara keras. Atau minta disampaikan dengan makanan yang terletak agak jauh dari tempat kita duduk. Tidak sopan kalau tangan kita memotong didepan orang lain untuk mengambil makanan yang diinginkan. Mohon dari teman yang duduk di samping lauk – pauk yang di inginkan.
Biasanya selesai makan yang punya rumah menawarkan secangkir kopi atau kopi susu. Susu dan gula dicampur sendiri bila mau minum kopi, dan ada yang pindah ke ruang lain untuk meminum kopinya.Dan kalau ada buah – buahan seperti buah apel, buah pear, buah kiwi, anggur dan sebagainya biasanya disediakan pada acara minum kopi. Kalau dirumah orang Perancis disediakan bermacam keju. Kalau diadakan makanan a’la banguet berarti kita hanya mengambil sendok garpu, lalu mengambil makanan dari meja panjang di mana makanan sudah di sediakan kita dapat memilih sendiri. Tapi kalau di restoran kita mau pesan makanan yang kita sukai dari daftar makanan itu disebut ” a’la carte. ” Pada pesta perjamuan tamu agung formasi ” bestek ” di meja panjang untuk tamu agung lebih rumit lagi. Bestek artinya piring –piring besar, kecil, sendok, garpu, pisau dalam bentuk besar dan kecil, gelas minum, bier, wine dan sebagainya, cangkir, kopi, teh, tempat gula, susu, teko untuk tempat kopi, the disediakan tersendiri. Disediakan orang – orang khusus untuk membantu tamu – tamu agung. Dengan pandangan mata kepada pembantu ( kelner, ober ) adalah pertanda aba – aba supaya pembantu datang ke tempat tamu agung tersebut sambil mengucapkan ” ken ik u helpen meneer, ” atau ” can help you, sir ! ” jadi tidak perlu memanggil dengan lambaian tangan. Semua orang yang ikut membantu dalam perjamuan tamu agung sudah hafal diluar kepala mengenai tapel mameren – ettiguette table manner dan sebagainya sesuai protocolail tamu agung.
PENDIDIKAN DI TERNATE ( 1950 – 1960 )
Pada tahun 1945 – 1946 sudah didirikan sekolah SMP ( MULO ) disamping SR atau SD kemudian ditambah pada tahun 1960 dengan SMA, SMEA dan lain – lain. Tahun 1936 pengaruh Belanda di Halmahera ( Galela – Tobelo ) Misi Zending ( Kristen Protestant ) masih gencar melakukan dakwahnya.
PENGARUH BELANDA DALAM NILAI – NILAI SOSIAL, EKONOMI DAN AGAMA
Agama – agama Islam di tekan khususnya di luar Ternate. Di Ternate ada Gereja Ayam ( Protestant ), Gereja Katolik, Temple Budha ( Toa Pek Khong ), mesjid Sultan dan Mesjid Arab dan lain – lain.
Sekolah – sekolah ada yang berbasis agama Kristen, Taman Siswa, Kong Hu Chu, dan Islam ( Bahasa Arab ).
Yang bersekolah di ELS ( SD ) diajar tata cara bergaul dengan orang Europa bebas bergaul dengan semua orang yang masuk sekolah ELS. Yang masuk ELS adalah anak dari seorang Kapita Cina, Arab, kapita orang – orang Jepang, Pegawai Kantor Pemerintah ( Ambon, Menado yang beragama Kristen ) dan anak – anak Sultan. Kalau anak Sangadji, Jogugu dan lain – lain, merek bersekolah di HIS ( Bahasa pengantar Bahasa Melayu ) dan harus belajar Bahasa Belanda. Ada yang bisa berbahasa Belanda selesai sekolah ( SD ) HIS. Pada tahun 1936 sudah ada Volkschool dan Sekolah Dasar ( 3 tahun ).
Kalau di tahun 1915 orang masih bersalaman dengan ” Suba Jou ” atau Assalamu alaikum Wr. Wb. Pada tahun 1927 – 1936 orang sudah biasa bersalaman dengan selamat pagi dan seterusnya, khususnya yang tinggal di kota . Di desa masih Assalamu alaikum / Suba Jou. Dalam berkenalan ada yang sambil memegang tangan untuk pria dan wanita. Tapi diantara Muslim masih berlaku Assalamu alaikum Wr. Wb atau Tabea tanpa pegang tangan. Untuk keluarga Muslim anak – anak masih mendapat Pelajaran Pengajian di rumah masing – masing. Di samping berpuasa, bertarawih, mengeluarkan Zakat pada hari Idul Fitri, Idul Adha dan lain – lain yang diikuti oleh keluarga Muslim..
Kakek saya melarang anak – anaknya bersekolah Belanda dan belajar menulis huruf Latin mereka hanya mengaji dan mempelajari membaca dan menulis dalam huruf Arab ( 1910 – 1914 ).
Setelah Beliau di buang ke Bandung gara – gara Banau kemudian 3 anaknya di tangkap yaitu Djabir, Icthtirajurahman dan Nasir. Lalu di muat ke kapal menuju Batavia ( Jakarta sekarang ), keluarga dekat dan istrinya ditinggalkan di Ternate. Sesudah Sultan Usman pergi dari Ternate, banyak dari keluarga Kesultanan Ternate menyingkir ke Halmahera untuk bercocok tanam di sana. Sebagian juga untuk menghindari pajak.
Anak Sultan Djabir bergaul bebas dengan orang – orang Cina, Arab, Belanda dan disiplin belajar diajarkan pada anak –anak Sultan umpamanya ada waktu belajar, main, istirahat ini yang diterapkan oleh Sultan Djabir pada anak – anaknya. Ada yang ikut pramuka, ada yang belajar musik ( piano ) ada pelajaran menyanyi di sekolah ELS dan HIS. Kalau di sekolah Arab di ajarkan lagu – lagu Qasidah.
Sekali setahun sebelum Tahun Baru Cina ( cap go me ), di Ternate biasanya diadakan Pesta ” Kereta Cina. ” Saya pernah diundang naik kereta Cina pada malam hari bersama Moutje Yap anaknya atau cucunya Tuan Yap Leng ( orang Cina kaya di Ternate ). Tahun 1938 pada malam terakhir disebut kereta Cina mau mengambil buah – buahan.
Pernah diadakan pesta dimana ibu – ibu mengenakan pakaian Cina, Jepang dan Europa dan lain – lain untuk lomba dansa semacam Ballroom dance ( costume dance ) kemudian mereka berdansa di Societeit Minerva.
Setelah dalam berdakwah diantara ketegangan Kristen dan Islam ( Orang Adat ) di Halmahera ( Tobelo, Galela ). Kemudian pada tahun 1924 timbul organisasi PKI. Dan yang jadi anggota – anggotanya PKI adalah antara lain Imam – imam di mesjid Sultan dan beberapa Keluarga Sultan. Sepertinya mereka tidak perduli dengan ideologi PKI yang anti Tuhan. Pokoknya ada organisasi yang anti Belanda semua malah mau ikut.
Sekolah Taman Siswa didirikan kira – kira pada tahun 1936 Pak Soeryadi yang jadi Kepala Sekolah, tujuannya untuk mengajar rasa nasionalis dan persatuan bangsa, murid- murid. Kemudian orang – orang Jepang mulai berdatangan bertambah banyak. Ada yang bercocok tanam di Halmahera, ada yang membuat ikan kayu ± 1936 yang kemudian diberikan kepada tentara Jepang pada waktu mereka mendarat di Ternate 8 Januari 1942. Rupanya mereka sudah membuat rencana yang tepat untuk berperang di Pasifik. Rakyat Maluku Utara punya pohon pala, pohon kelapa, dan pohon cengkeh. Dari ketiga kategori tumbuh – tumbuhan tersebut mereka mencoba bertahan hidup selama berabad – abad lamanya, kecuali mereka yang bekerja di kantor pemerintah, yang mendapat gaji tetap. Rakyat Maluku Utara tidak hidup berlebihan tapi juga bukan dikategorikan sebagai orang miskin ( seperti di Jawa ). Mereka yang punya kebun cengkeh, pala dan kelapa yang luas bisa menjadi orang kaya kalau diatur dengan baik. Jadi keadaan ekonomi rakyat dapat bertahan selama zaman Belanda, Jepang dan Republik. Yang berobah adalah mencari pasaran pada penguasa yang berbeda ideologinya.
Tujuan Bangsa Belanda adalah membeli cengkeh, pala semurah mungkin dan menjual dengan untungnya yang besar, memperluas Kristianisasi, menekan hidup orang – orang Islam dan di bidang politik di implementasikan politik devide et empera, menghasut sultan – sultan supaya saling bermusuhan dan Belanda bisa memerintah dengan mulus. Ikut campur dalam menentukan Sultan – Sultan yang dapat bekerja sama dengan mereka ( Sultan boneka ).
Sebelum Jepang mendarat, kita yang tinggal di kota Ternate diadakan latihan menghindari pengaruh suara bom yang bisa membuat orang jadi tuli dan orang Belanda mengumpulkan panci – panci aluminium yang nanti di kirim ke Belanda untuk membuat pesawat terbang di pabrik Fokker Nederland.
Pengaruh Bangsa Jepang khususnya di bidang militer ialah mengadakan kadernisasi di bidang militer yaitu Heiho ( tentara Indonesia yang bantu tentara Jepang ), mendidik anak anak dengan olah raga, belajar bahasa Jepang. Sopan santun Jepang adalah tidak boleh salah memberi hormat pada tentara dan orang – orang Jepang. Mengumpul hasil makanan ( kasbi, pisang, batata, sagu ) dan lain – lain untuk tentara Jepang, dan juga menangkap ikan untuk tentara Jepang dan sebagainya.
Dikumpul wanita – wanita penghibur untuk tentara – tentara Jepang yang dimasukkan ke rumah panjang ( demikian istilah orang – orang Ternate ). Ada beberapa orang Ternate yang di siksa, ada yang di tembak mati. Karena dianggap mata – mata musuh.
Sewaktu orang orang Maluku Utara ( Halmahera ) bekerja di lapangan terbang Skojo di Kao juga ada di antara mereka membawa harta karun yang di rampok dari penduduk wanita Ternate diambil( kalung emas, cincin kawin emas, anting emas dan gelang emas ), kalau dari pria cincin kawin emas atau cincin emas lainnya dan arloji pria.
Dalam pergaulan dengan tentara Jepang dan Pegawai Pemerintah Sipil orang Jepang, dapat dikatakan tidak begitu mulus. Orang – orang Ternate yang bekerja di kantor Pemerintah Jepang boleh mendapat coupon untuk membeli beras, bahan untuk baju, kecap, ba’mi, bihun dan lain – lain. Itupun berlaku hanya ± 3 bulan sesudah mereka mendarat di Ternate. Setelah itu tidak ada pembagian pembelian makanan melalui toko – toko yang di tunjuk oleh Minsebu kantor Jepang
Semula rakyat Ternate menyangka bahwa orang Jepang itu sebaik orang Cina atau orang asing lainnya yang ada di Ternate. Tapi setelah banyak penduduk dipukuli oleh penjaga tentara Jepang di depan Fort Orange, orang mulai berpikir dua kali untuk bersosialisasi dengan mereka. Walaupun diantara tentara dan pegawai Jepang ada yang berperilaku baik terhadap sebagian orang Ternate, tapi orang Ternate lebih baik berhati – hati dan jaga jarak. Kemudian ditambah lagi dengan penangkapan nona – nona manis dengan alasan yang tidak jelas. Ibu – ibu kemudian melarang anak – anak perempuan mereka untuk keluar rumah seorang diri, dan harus ada yang mengantarnya.
Ada juga kasus – kasus untuk saling menghasut yang pro Belanda di tangkap dan di siksa, dimasuk ke penjara tanpa proses verbal. Yang pro Jepang di sanjung setinggi langit. Walaupun Tentara Jepang mengambil perhiasan – perhiasan penduduk Ternate, mereka tidak pernah mengambilnya dari penghuni di dalam kedaton kecuali kalau mereka pergi ke pasar.
Kalau di zaman pemerintahan Belanda ada yang bisa bergaul dengan orang Belanda, dengan Pegawai Negeri khususnya pada tingkat anak Sultan Vreemde Oosterlingen ( orang – orang asing ), orang Cina, anak – anak Kapitan Cina, Kapitan Arab, Anak – anak Sangadji, mereka yang masih ada hubungan dengan Kesultanan Tidore, Bacan dan Ternate umpamanya keluarga Fabanyo, Keluarga Iskandar Alam, Kamarullah, Keluarga Soleman di Ternate ( Distrik Hoofd ) dan sebagainya.
Status penghuni Maluku Utara Ternate ( 1913 – 1942 ) terdiri atas :
1. Orang – orang Belanda Totol ( orang – orang Belanda yang belum pernah bergaul dengan orang – orang Melayu ( pribumi ), belum pernah datang di Indonesia pada waktu itu ).
2. Orang – orang Belanda Indo(Belanda yang sudah kawin dengan orang Indonesia )
3. Orang – orang Menado Pegawai / tentara Kristen
4. Orang – orang Ambon Pegawai / tentara
5. Orang – orang Arab
6. Orang – orang Cina
7. Orang – orang Jepang Vreemde Oosterlingen
8. Orang – orang Punjab
9. Orang Tamil
10. Orang Adat Kristen
11. Orang Adat Islam
12. Suku Jawa
13. Suku Bugis
14. Suku Makassar
Dari 1 s/d 4 adalah orang – orang pilihan
Dari 5 s/d 8 adalah yang berstatus sosial baik
Dari 9 ke bawah adalah yang berstatus tidak baik
Pernah tertulis di papan sebagai Pengumuman di kolam renang Cikini ( 1938 ) waktu Ayah dan Ibu saya ke Batavia, Verboden Voor Islamieten En Honden, Masya Allah kedua orang tua saya langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
Orang Islam yang non pemerintah dan orang adat Kesultanan Ternate di anggap tidak bernilai. Hampir semua orang yang masuk ke Ternate ( Maluku Utara ) harus ada izin dari Sultan Ternate.
Tapi ada satu kasus yang menggelikan dan aneh dari sudut agama Kristen. Mereka yang beragama Kristen Protenstant lebih dapat diterima dari pada mereka yang beragama Katolik . Pada suatu waktu ada permohonan dari Uskup Batavia mohon untuk dakwah agama Kristen Katolik di Ternate ( Maluku Utara ) dan Sultan Ternate memberi izin. Gubernur orang Belanda marah – marah dan tidak setuju, tapi kemudian Sultan Ternate mengatakan didalam Negara demokrasi seperti Belanda kan ada juga agama Katolik yang exist, Gubernur Belanda diam. Kemudian pada 1945 – 1946 datang permohonan dari mereka yang beragama Pantekosta. Mereka juga diizinkan masuk. Jadi di Ternate sudah ada Gereja Protestant, Gereja Katolik, Gereja Pantekosta, Temple Toa Peh Khong dan lain – lain. Gereja Advent kemudian baru masuk pada tahun 1950 / 1960.
Demikian keadaan agama – agama di Ternate. Dari sudut agama Islam ada Islam Maluku Utara, Ada Islam Muhammadiyah, kemudian datang Islam NU. Sekarang pada Tahun 2000 datang lagi Islam Fundamentalist sama seperti dalam agama Kristen Fundamentalist. Jadi sudah ramailah perkembangan agama di Ternate dan Maluku Utara. Bagaimana implementasi dan pengaruhnya itu lain soal lagi.
Di zaman Jepang 1942 mula – mula lagu Indonesia Raya dikumandangkan disekolah – sekolah tapi ± 3 bulan kemudian lagu – lagu Indonesia Raya menghilang hanya lagu Kimigayo yang di kumandangkan di sekolah – sekolah ( Lagu Kebangsaan Jepang ). Pelajaran di sekolah terdiri atas pelajaran Bahasa Jepang, menyanyi Lagu Jepang.
Anak – anak di suruh mengumpul pohon kanikir ( kelereng ) dalam waktu pelajaran terakhir.
Di pagi hari setelah upacara penghormatan Bendera Jepang kemudian mendapat pelajaran olah raga, pelajaran geography, pelajaran sejarah, pelajaran ilmu flora dan fauna dan pelajaran ilmu kesehatan tidak ada.
Kadang pada pesta Teno Heika, anak – anak di suruh berbaris ke rumah Minseibu ( Bupati ) untuk mengikuti upacara disana. Kalau kebetulan ada pesawat terbang musuh berdengung semua anak – anak harus tiarap atau masuk lobang perlindungan. Jadi hidup di Ternate sudah menjadi hidup bervivere Pericoloso ( menyerempet bahaya ).
Setelah ada permohonan dari orang tua murid baru anak – anak di liburkan tapi guru – guru harus hadir walaupun sebagian murid – murid tidak masuk, khususnya anak – anak kecil SD kelas 1,2,3. Hal ini terjadi pada tahun 1942 bulan Oktober ( 17 Okotober 1942 ).
Setelah pemboman tersebut banyak orang mengungsi. Pemboman yang dasyat oleh sekutu di mana kira – kira 5000 / lebih orang meninggal dunia. Yang paling parah ialah di kampung Cina, kampung Palembang dan dibelakang Benteng Orange sampai di rumah Resident ( sekarang kantor Gubernur 2007 ) dan jalan Monunutu.
Pada bulan – bulan pertama setelah pendaratan Tentara Jepang orang Kristen masih diperbolehkan pergi ke Gereja dan Orang Islam ke Mesjid. Tapi kira – kira 3 bulan kemudian atau setelah pemboman Oktober 1942 semua kegiatan keagaaman dilarang termasuk nelayan yang melaut untuk mencari ikan.
Di Ternate kadang – kadang ada ibu – ibu yang jalan ke pasar dengan sarong yang menutupi kepala sampai di kaki hanya kedua mata yang kelihatan. Itupun kemudian dilarang dengan alasan dapat menjadi mata – mata musuh.
Pada permulaan tahun 1945 seluruh orang – orang di Ternate sudah pergi mengungsi, begitu juga keluarga Sultan Ternate Ada yang mengungsi ke Halmahera, di hutan. Di Ternate di hutan masih ke gunung Ternate, Dan dimana - mana terdapat mata – mata orang Jepang. Juga di dekat rumah keluarga Sultan Ternate, dari mulai Bola, Sabia, Buku Konora, Buku Bendera, dan Kolo - Odi. Batu Angus adalah tempat – tempat dimana Headquarter tentara Jepang. .
Biasanya orang – orang Ternate yang bekerja di Kepolisian Jepang yang memata – matai Keluarga Sultan Ternate. Mereka menutupi diri dengan sarong hitam. Pada hari malam akhirnya Keluarga Sultan Ternate dapat lolos pergi ke Pulau Hiri. Kemudian setelah berperang dengan orang – orang Jepang yang memburu Keluarga Sultan Ternate ke Pulau Hiri, Keluarga Sultan Ternate, akhirnya dapat berangkat ke Morotai dengan P.T Boat. Setibanya di Morotai pada malam hari satu kapal terbang Jepang mau datang membom Pulau Morotai, tapi belum sempat membom Pesawat Jepang itu sudah di tembak jatuh. Setelah di Crossing dengan ”searchlight” sehingga mata pilotnya menjadi silau lalu pesawat di tembak sehingga dapat terjun bebas ke dalam laut.
Demikianlah setelah satu atau dua malam kita menginap di Morotai, besoknya kita berangkat ke Australia.
Demikianlah yang dapat saya informasikan mengenai keadaan di Maluku Utara di waktu lampau ( 1936 – 1945 ).( 1945 – 1950 ) Dari tahun 1949 saya pergi ke Batavia. Tahun Untuk melanjutkan sekolah di Kweekschool Santa Maria
Catatan mengenai 1910 dan sebagainya adalah hasil dialog dengan kakek, nenek, paman, bibi, ibu dan ayah saya.